Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bintang di Kegelapan: Ironi Negeri Kaya Minyak

Kompas.com - 06/09/2014, 08:07 WIB


Rhenald Kasali (@Rhenald_Kasali)

KOMPAS.com - Indonesia adalah negeri kaya ironi. Kita bisa dengan mudah melihat potretnya di mana-mana. Contohnya, banyak orang bilang lautan kita sangat kaya. Ikannya ada di mana-mana. Tapi, cobalah lihatlah nasib nelayan kita. Mereka sangat miskin.

Kita juga menyebut diri sebagai negara agraris. Tanah kita sangat subur, sehingga apa pun yang kita tanam pasti tumbuh. Kembali, cobalah lihat nasib petani-petani kita. Sebagian besar mereka hidup dalam kemiskinan.

Potret ironis semacam itu juga terjadi di Papua Barat, persisnya di Kota Sorong. Sejak lama kota ini dikenal sebagai Kota Minyak. Sebagian masyarakat juga menyebutnya sebagai Lumbung Energi. Julukan itu bukan pepesan kosong. Pengeboran minyak di kota itu sudah dimulai sejak tahun 1935, oleh perusahaan Belanda, Nederlands Nieuw-Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM).

Tapi, cobalah lihat nasib Lumbung Energi itu sekarang. Sangat ironis. Sebagai kota penghasil minyak, sudah selama berbulan-bulan Sorong mengalami krisis pasokan BBM.

Bukan seperti kita di Jawa yang baru merasakan kelangkaan BBM selama beberapa hari belakangan, terutama setelah pemerintah menerapkan kebijakan pengendalian konsumsi BBM bersubsidi. Di Sorong, sudah lebih empat bulan warganya mesti antre sejak pagi buta hanya untuk bisa membeli solar di SPBU. Bahkan panjang antreannya bisa lebih dari satu kilometer. Di sana SPBU dibuka jam 08.00 dan tutup jam 18.00.

Celakanya meski sudah antre sejak pagi buta, belum tentu hari itu mereka bisa mendapatkan BBM. Memasuki siang hari, biasanya seluruh jatah solar di SPBU sudah habis. Kalau sudah begitu, esok hari mereka terpaksa mengulang lagi dari awal. Antre di SPBU sejak pagi buta. Itu sebabnya, kata warga Sorong, lebih baik harga BBM-nya dinaikkan ketimbang pasokannya yang dikurangi.

Produksi vs Konsumsi

Apa yang terjadi di Sorong sesungguhnya adalah potret kecil dari masalah besar industri minyak kita. Ada masalah kapasitas, ada pula masalah kebijakan.

Contohnya soal antrean panjang di SPBU-SPBU di seluruh Indonesia yang menghebohkan itu, sebagaimana terjadi pekan lalu. Mudah diduga bahwa itu pasti terjadi. Betapa tidak! Permintaan BBM di satu sisi terus meningkat—lihat saja penjualan sepeda motor dan mobil yang terus bertambah, dan kita semua tahu soal itu—tetapi di sisi lain pasokannya malah dikurangi.

Soal BBM, saat ini kebutuhan dalam negeri sekitar 1,2 juta barel per hari (bph). Sementara volume produksi BBM kita hanya 650.000 bph. Jadi, hampir separuh BBM mesti kita impor.

Kondisi serupa terjadi dengan produksi minyak mentah kita. Selama beberapa tahun terakhir volume produksinya selalu di bawah target. Pada 2014, misalnya, kita menargetkan produksi minyak mentah 870.000 barel per hari, tapi selama Februari 2014 realisasinya hanya 803.000 bph.

Dengan kapasitas kilang kita yang 1,2 juta bph, berarti kita mesti mengimpor crude oil sekitar 400.000 bph. Sama seperti impor BBM yang terus meningkat, volume impor minyak mentah kita bakal terus bertambah. Penyebabnya, itu tadi, permintaan akan minyak mentah terus bertambah, sementara kapasitas produksinya semakin menurun.

Pentingnya I/EOR

Dalam banyak kasus yang terjadi di berbagai negara, produksi minyak mentah akan meningkat cukup signifikan bila ada dua hal. Pertama, adanya penemuan cadangan-cadangan minyak baru dalam jumlah besar di suatu lokasi. Kedua, keberhasilan pengembangan dan aplikasi dari teknologi improved oil recovery/enhanced oil recovery (I/EOR).

Bicara temuan, salah satu yang terbilang cukup besar adalah ladang minyak Cepu di perbatasan Jawa Tengah – Jawa Timur, yang puncak produksinya diperkirakan bakal terjadi pada tahun 2015-2016. Meski begitu produksi dari ladang tersebut mungkin juga hanya mampu mengangkat volume produksi minyak mentah nasional dari yang sekarang 800.000-an bph menjadi sekitar 900.000 bph.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com