PALEMBANG, KOMPAS.com — Tahun ini menjadi tahun yang berat bagi produsen gula. Terbukanya keran gula impor berharga murah menekan harga gula lokal.
Direktur Keuangan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Dandossi Matram mengungkapkan, keadaan tersebut bertentangan dengan keinginan pemerintah menjalankan program swasembada gula.
"Pemerintah memberikan kuota impor yang cukup besar, dan sudah setahun ini gula kami masih belum bisa keluar (dari gudang). Kalau saya bisa bilang, swasembada gula itu omong kosong. Pemerintah ingin mematikan industri gula dalam negeri dengan cara mencari harga yang murah. Kalau harga yang murah, harus impor," ujar Dandossi kepada Kompas.com, Selasa (16/9/2014).
Menurut Dandossi, gula-gula hasil produksi Indonesia kini tertahan dan menumpuk di pabrik-pabrik gula dalam negeri. Impor gula besar-besaran pun menjatuhkan harga gula tersebut. Imbasnya, persediaan gula di dalam negeri pun berlebihan.
Dandossi menyayangkan keadaan tersebut, apalagi dengan kebijakan pemerintah seakan-akan tidak melindungi industri gula nasional.
"Buat saya, salah satu kegagalan pemerintah sekarang benar-benar fatal sekali karena melakukan impor gula tanpa perhitungan yang matang. Buktinya, hari ini semua produsen gula itu gulanya berhenti di gudang. Diproduksi, tetapi tidak bisa dikeluarkan," keluh Dandossi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.