Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rasio Utang Mengkhawatirkan

Kompas.com - 25/09/2014, 16:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Rasio utang luar negeri Indonesia jangka pendek berdasarkan waktu sisa terhadap cadangan devisa per triwulan II-2014 mencapai 54,49 persen. Kondisi ini patut diwaspadai karena peningkatan rasio terus terjadi dan sejak triwulan I-2013 berada di atas 50 persen.

Ekonom Standard Chartered Indonesia Eric Alexander Sugandi menjelaskan, semakin besar rasionya, semakin lemah kemampuan sebuah negara membayar utang jangka pendek.

”Rasio di atas 50 persen harus dianggap sebagai peringatan bahaya karena kemampuan sebuah negara membayar utang jangka pendek makin lemah,” kata Eric, Rabu (24/9), di Jakarta.

Sisa utang luar negeri (ULN) jangka pendek per Juli 2014, seperti yang dipublikasikan Bank Indonesia pada September ini, mencapai 59,729 miliar dollar AS atau sekitar Rp 715 triliun. Utang jangka pendek didominasi utang swasta 46,289 miliar dollar AS atau 77,49 persen dari total utang jangka pendek.

Utang jangka pendek adalah utang dengan jangka waktu satu tahun atau kurang.

Total ULN Indonesia 290,6 miliar dollar AS yang juga didominasi swasta. Total utang swasta 156,4 miliar dollar AS atau sekitar 53,8 persen total ULN.

”Pertumbuhan utang juga didorong oleh peningkatan investasi asing di Indonesia. Umumnya, korporasi asing yang berinvestasi di Indonesia menggunakan pembiayaan dari perbankan negara asal,” kata Eric.
Valas terbatas

Pasokan valuta asing di pasar domestik juga sangat terbatas. Akibatnya, biaya dananya lebih mahal daripada biaya dana valuta asing dari luar negeri.

Saat ini, transaksi valuta asing di Indonesia baru sekitar 5 miliar dollar AS per hari. Dengan kebutuhan yang terus meningkat, biaya dana meningkat karena pasokan terbatas.

Di sektor perbankan, likuiditas yang masih ketat dan suku bunga pinjaman yang tinggi menyebabkan korporasi mencari alternatif pembiayaan dari luar negeri. Kondisi ini juga mendorong peningkatan ULN.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman D Hadad menjelaskan, mengingat likuiditas perbankan makin ketat, lembaga keuangan nonbank terus didorong untuk menjadi investor di pasar modal.

”Ada perusahaan asuransi dan dana pensiun dengan sumber dana yang baru akan dipakai dalam jangka panjang. Kami terus mendorong mereka untuk menjadi investor supaya dananya bisa dimanfaatkan untuk pembiayaan infrastruktur jangka panjang,” kata Muliaman.

Berdasarkan data OJK per Juli 2014, rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (LDR) perbankan mencapai 92,19 persen. Rasio ini meningkat dari 90,25 persen pada Juni 2014. Posisi LDR itu meningkat dibandingkan LDR Juli 2013 yang sebesar 88,68 persen. (AHA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber KOMPAS
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com