Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati-hati Bisnis Bodong Bermodus Jual-Beli "Online"

Kompas.com - 26/09/2014, 08:12 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com 
— Modus investasi berujung penipuan kini semakin canggih. Nilai kerugian yang diderita masyarakat sebagai korban pun mencapai triliunan rupiah, gara-gara tergiur selisih harga telepon seluler (ponsel) hingga 50 persen dari harga normal.

Adalah Sayidah yang menjadi dalang aksi penipuan jual-beli ponsel itu. Perempuan 32 tahun tersebut menawarkan penjualan ponsel secara online sejak Oktober 2013 melalui akun Facebook "Bonamy Group".

Aksi penipuan Sayidah ini terhenti setelah Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Bandung, Jawa Barat, menangkapnya belum lama ini. "Saat ini kasusnya masih di Polrestabes Bandung, nanti saya cek lagi," ujar Martinus Sitompul, Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat, Kamis (25/9/2014). 

Bisa dikatakan, modus penipuan Sayidah terbilang baru, dan mirip-mirip dengan skema "ponzi". Modus penipuan Sayidah memberi iming-iming potongan harga ponsel yang dijualnya hingga 50 persen dari harga pasaran. 

Skema penjualan ponsel ala Sayidah ini melalui dua jenjang. Pertama, Sayidah menjual ponsel ke reseller. Reseller Sayidah mencapai 45 orang.  

Kedua, reseller menjual ponsel kepada subreseller. Satu reseller bisa mempunyai 10-100 subreseller. Dari situ, handphone lalu dijual kepada konsumen.  

Seorang subreseller yang jadi korban bernama Maya Sari. Ia bergabung dengan Bonamy Group pada Januari 2014. Maya belanja handphone sebanyak lima kali. Pemesanan pertama pada bulan Januari dengan nominal sebesar Rp 5 juta dan yang kedua pada Februari sebesar Rp 20 juta masih berjalan lancar. "Keuntungan sekitar 30 persen," ujar Maya kepada KONTAN, Kamis (25/9/2014).

Maya baru sadar bahwa ia tertipu setelah, pada pesanan ketiga hingga kelima, barang yang dipesan tak kunjung datang. Alhasil, Maya rugi Rp 168,3 juta. Total kerugian di kelompok reseller Maya mencapai Rp 330 juta.

Kerugian juga dialami Iren yang tergabung dalam kelompok reseller di Yogyakarta. Total kerugian kelompok reseller ini Rp 785 juta, sedangkan kerugian Iren secara pribadi adalah Rp 80 juta. 

Para subreseller menduga, nilai total kerugian mencapai ratusan miliar rupiah. Dalam kasus ini, Sayidah tak bermain sendiri. Jakaria, sang suami, diduga ikut berperan. Namun, pria yang berprofesi sebagai dosen di sebuah universitas di Jakarta itu membantah. "Demi Allah, saya tak mencicipi sepeser pun uang bisnisnya. Saya justru melarang sejak tahun lalu," ujar Jakaria.

Alfons Samosir, anggota Satgas Investasi Bodong, mengaku belum tahu soal kasus ini. Sementara itu, pengamat hukum bisnis Ricardo Simanjuntak berpesan agar masyarakat selalu berhati-hati dengan skema bisnis semacam itu. "Sesuatu yang ditawarkan, baik keuntungan maupun harga produk di luar batas kewajaran, itu harus diwaspadai," ujarnya. (Anastasia Lilin Y, Noverius Laoli)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com