Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raup Ratusan Juta Rupiah dari Kasur Palembang

Kompas.com - 02/10/2014, 09:00 WIB
Kontributor KompasTV, Muhamad Syahri Romdhon

Penulis


KOMPAS.com
– Siapa yang tak tahu kasur lesehan? Kasur berukuran 200 x 140 sentimeter, tergeletak di bawah lantai untuk sejenak beristirahat di ruang tamu perumahan. Kasur lesehan, atau  yang juga dikenal kasur Palembang itu, ternyata juga “bermarkas” di sebuah desa, di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Tak seperti sentra kerajinan tangan lainnya, bila datang ke lokasi pembuatan kasur lesehan, sekilas tak ada tampak aktifitas produksi. Padahal di sekitar jalan Blok Karang Duku, Desa Cikeduk, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon ini, beberapa rumah menghasilkan puluhan kasur lesehan tiap harinya, termasuk rumah produksi kasur lesehan Haji Sanudi.

Pintu masuk rumah produksi ini, ditutupi kain kelambu untuk menjaga agar kapuk-kapuk tidak berterbangan terbawa angin. Tidak hanya pintu masuk, saat proses produksi, telinga, hidung, dan mulut puluhan pekerja kasur lesehan pun tertutup rapat kain, untuk menjaga pernafasan. Wajar saja, pengerjaan kasur lesehan ini seluruhnya masih manual, tanpa mesin.

“Sudah hampir sepuluh tahun saya berkerja di sini. Pekerja pria memasukan kapuk ke dalam kain, dan sebagian ibu-ibu lainnya menjahit sisi, kanan dan kiri. Seluruhnya manual, tanpa bantuan mesin,” kata Katima, wanita paruh baya, saat ditemui, Rabu (24/9/2014).

Wanita yang hendak menginjak usia ke lima puluh empat itu, menunjukan cara kerjanya dalam memproduksi kasur lesehan. Tahap awal dilakukan oleh pria yang bertugas memasukan kapuk-kapuk ke dalam kasur lesehan. Setelah lengkap, kasur setengah jadi, diberikan pada kaum ibu-ibu untuk menjahit sisi kanan dan kiri. Kemudian kasur ditimbang seberat 2,5 – 4 Kilogram, tergantung besaran ukuran kasur.

Tidak berhenti di situ, meski sudah dijahit, ada pula wanita tua yang melakukan finishing dengan merapikan jahitan yang rusak. Barulah, kasur lesehan dikemas dengan plastik, dan siap dikirim ke beberapa wilayah.

 “Sebelum saya ikut berkerja, kasur lesehan ini sudah banyak yang beli. Mobil dan Truk pengangkutnya berasal dari Jakarta, Bandung, dan daerah lain. Sekarang malah sudah sampai luar pulau jawa,” jelas Katima yang letak rumahnya sangat berdekatan dengan rumah produksi.

Katima, pekerja yang bertugas menjahit sisi kasur lesehan diupah sebesar Rp 3.000 hingga sekitar 5.000 persatu kasur bergantung jenis dan ukurannya. Dalam sehari, ia dapat menyelesaikan rata-rata sepuluh kasur. Katima dapat mengantongi upah sekitar Rp 30.000 hingga 50.000 perhari, dan Rp 900.000 sampai Rp 1.500.000. Sebuah upah yang cukup besar ketimbang upah UMR Kabupaten Cirebon sekitar Rp 1.200.000.

Mang Syafi’i (40), salah satu orang kepercayaan Haji sanudi, mengakui usaha produksi kasur lesehan sudah berlangsung belasan tahun silam. Saat ini, terdapat sekitar 25 pekerja yang memproduksi kasur lesehan. Dengan tugas yang beragam, dalam sehari mereka dapat menyelesaikan sekitar 50 hingga 70  kasur lesehan. Bahkan kalau sedang banyak pesanan, mereka dapat menyelesaikan hingga sekitar 100 kasur perhari.

“Tiap kasur, harganya berbeda-beda,  bahan kainnya, motif, hingga ukuran kainnya dari 200 x 180 Cm, hingga yang sukup kecil 80 x 185. Harganya berkisar, Rp 100.000 hingga Rp 300.000,” jelas Syafi’I, di tengah usahanya memasukan kapuk.

Ditanya, penghasilan perbulannya, Syafi’i hanya menjawab dengan senyum. Ia mengaku tidak pernah menghitung penghasilan perbulan, lantaran cukup kerepotan bila mengirim barang. Dan soal menghitung, kata Syafi’I itu adalah urusan pemilik. “Bukan hanya puluhan, sampai ratusan juta mungkin mas,” kata Syafi’I sambil senyum.

Kasur lesehan tidak hanya diproduksi oleh Sanudi saja, di desa tersebut, ada beberapa warga desa Cikeduk yang juga memilih menjadi pengusaha kasur lesehan. Selain tergolong ekonomi kreatif, pembuatan kasur lesehan dinilai membantu mayoritas ibu-ibu, dan remaja putri, kepala rumah tangga dan bujangan pun, mendapat perkerjaan yang layak untk memenuhi kebutuhan setiap hari. (Muhamad Syahri Romdhon)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tiru India dan Thailand, Pemerintah Bakal Beri Insentif ke Apple jika Bangun Pabrik di RI

Tiru India dan Thailand, Pemerintah Bakal Beri Insentif ke Apple jika Bangun Pabrik di RI

Whats New
KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

BrandzView
Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 per Kilogram

Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 per Kilogram

Whats New
Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Whats New
Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Whats New
HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

Whats New
Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Whats New
BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

Whats New
Satgas Pasti Blokir 537 Pinjol Ilegal dan 48 Penawaran Pinpri

Satgas Pasti Blokir 537 Pinjol Ilegal dan 48 Penawaran Pinpri

Whats New
Luhut: Apple Tertarik Investasi Kembangkan AI di IKN, Bali, dan Solo

Luhut: Apple Tertarik Investasi Kembangkan AI di IKN, Bali, dan Solo

Whats New
Dollar AS Melemah, Kurs Rupiah Masih Bertengger di Rp 16.100

Dollar AS Melemah, Kurs Rupiah Masih Bertengger di Rp 16.100

Whats New
Hilirisasi Nikel, Bagaimana Dampaknya bagi Pertumbuhan Ekonomi?

Hilirisasi Nikel, Bagaimana Dampaknya bagi Pertumbuhan Ekonomi?

Whats New
Bandara VVIP IKN Bakal Dioperasikan Terbatas Saat Upacara 17 Agustus

Bandara VVIP IKN Bakal Dioperasikan Terbatas Saat Upacara 17 Agustus

Whats New
Kopi Tuku Buka Kedai 'Pop-up' Pertamanya di Korsel

Kopi Tuku Buka Kedai "Pop-up" Pertamanya di Korsel

Whats New
PT GNI Gelar Penyuluhan Kesehatan Guna Perbaiki Kualitas Hidup Masyarakat Morowali Utara

PT GNI Gelar Penyuluhan Kesehatan Guna Perbaiki Kualitas Hidup Masyarakat Morowali Utara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com