“Itu harus memperdalam pasar domestiknya,” kata Wakil Menteri Keuangan, Bambang PS Brodjonegoro, di Jakarta, Jumat (3/10/2014). Lebih lanjut dia mengatakan, hal tersebut bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, adalah dengan menambah instrumen. Dan kedua, dengan menambah jumlah investor domestik.
“Sekarang masalahnya, investor domestik kurang, sehingga asing masih sangat kuat,” kata dia.
Menurut Bambang, pemerintah ke depan harus melakukan dua upaya tersebut. “Memperdalam pasar, menambah instrumen, menambah investor potensial untuk membeli surat berharga,” ujar dia.
Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) menunjukkan, porsi kepemilikan asing dalam surat berharga negara (SBN) naik menjadi Rp 437,35 triliun atau setara 37,27 persen dari total SBN yang diperdagangkan pada 2 Agustus 2014. Jumlah itu melonjak dibanding akhir tahun lalu, yaitu hanya Rp 323,83 triliun atau setara 32,54 persen.
Sebagai informasi, defisit anggaran dalam APBN 2015 disepakati sebesar 2,21 persen terhadap Produk Domestik Bruto atau sebesar Rp 245,8947 triliun, terdiri dari pembiayaan utang sebesar Rp 254,856 triliun, dan pembiayaan non utang sebesar Rp 8,96 triliun.
Ada enam kebijakan pembiayaan utang dalam APBN 2015, dan ada tujuh kebijakan untuk pembiayaan non-utang dalam APBN 2015.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.