Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuartal III, Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,01 Persen

Kompas.com - 05/11/2014, 11:50 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Badan Pusat Statistik (BPS) melansir pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2014 sebesar 5,01 persen dibanding periode sama tahun lalu. Angka ini lebih rendah dari pertumbuhan kuartal II yang mencapai 5,12 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi kuartal III dibanding kuartal II tahun ini (q2q) tumbuh 2,96 persen.

“Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia dari kuartal I-2014 ke kuartal III-2014 tumbuh 5,11 persen,” kata Kepala BPS Suryamin di Jakarta, Rabu (5/11/2014).

Ia menyampaikan, nilai produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada kuartal III-2014 mencapai Rp 2.619,9 triliun. Sementara itu, PDB atas dasar harga konstan (tahun 2000) Rp 745,6 triliun.

Untuk diketahui BPS melaporkan PDB atas dasar harga berlaku pada kuartal III-2014 sebesar Rp 2.483,8 triliun, dan PDB atas dasar harga konstan (2000) sebesar Rp 724,1 triliun.

Suryamin menjelaskan, ada tiga sektor ekonomi yang tumbuh tinggi pada kuartal III-2014, yakni pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan; sektor jasa-jasa; serta,sektor konstruksi. Secara Q2Q, sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan tumbuh 6,74 persen.

Suryamin menyebut, salah satu penyebabnya adalah berakhirnya musim hujan, sehingga mendorong produksi tanaman bahan makanan seperti jagung, ketela pohon dan kedelai. Di sektor perikanan, upaya pemerintah merevitalisasi tambak juga mendorong pertumbuhan sektor ini. Adapun subsektor peternakan juga tumbuh didorong masa-masa Lebaran sehingga mendorong produksi.

Lebih lanjut dia menjelaskan, sektor jasa-jasa tumbuh 3,71 persen disebabkan adanya pengeluaran pemerintah untuk gaji ke-13 yang diberikan pada periode kuartal III-2014. Selain itu, tahun ajaran baru, puasa, dan Lebaran menyebabkan ramainya tempat hiburan, dan mendorong pertumbuhan sektor jasa-jasa.

“Konstruksi tumbuh 3,27 persen, karena adanya pembangunan infrastruktur, pertokoan,dan sebagainya,” imbuh dia.

Suryamin menuturkan, pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal III-2014 tidak lepas dari pengaruh perekonomian global, di mana Tiongkok dan Jepang, dua negara mitra dagang utama RI mengalami perlambatan ekonomi.

Tiongkok telah merilis pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2014 tumbuh hanya 7,3 persen, padahal pada periode sama tahun lalu pertumbuhannya 7,8 persen.

Di sisi lain, Jepang juga mengalami perlambatan. Pada kuartal III-2014 perekonomian Jepang tumbuh minus 0,2 persen, padahal pada periode sama tahun lalu Jepang tumbuh 2,4 persen. Masih rendahnya harga komoditas global seperti minyak kelapa sawit, di mana merupakan salah satu andalan ekspor RI menjadi faktor pendoron perlambatan ekonomi RI. “Ini menjadi penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi,” pungkas Suryamin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Whats New
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Whats New
Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com