Karena itu, sesuai dengan program pemerintah yang tengah menggalakkan inklusi keuangan, sebaiknya industri keuangan syariah juga mendukung pergeseran paradigma sektor mikro dari kredit mikro ke inklusi keuangan.
"Ada semacam keperluan untuk mengubah paradigma. Dari micro finance menjadi financial inclusion. Dulu orang cuma bcara micro finance, mendekatkan masyarakat dengan keuangan. Tapi menurut saya itu baru separuh jalan karena uang itu bisa separuh jalan dan digunakan untuk keperluan yang tidak seharusnya," ujar Muliaman di Surabaya, Rabu (5/11/2014).
Kredit mikro dianggap sudah ketinggalan zaman. Selain itu, tidak jarang pula dana segar yang diterima masyarakat justru disalahgunakan oleh penerimanya. "Rasanya kita sudah dealing dengan kredit mikro sejak Orde Baru. Dana juga sudah banyak digelontorkan. Intinya, perhatian pemerintah terhadap upaya menyentuh sektor mikro sebenarnya sudah lama. Tapi keluhannya sama; akses itu sulit. Keuangan syariah mikro punya tempat untuk bisa menjawab ini. Apalagi kalau tumbuh di tengah akar rumput yang kuat, misalnya di Jawa Timur ini," jelasnya.
Lebih lanjut, Muliaman juga mengungkapkan bahwa kredit mikro yang selama ini dikenal masyarakat sudah setengah jalan dari usaha mengenalkan masyarakat pada produk keuangan. Masyarakat juga perlu diberikan pemahaman, agar mampu mengelola keuangannya sendiri dengan baik dan produktif.
"Separuhnya adalah bagaimana kita equip dengan pemberdayaan yang lebih bagus. Pemerintah sudah berganti dari topik micro finance ke financial inclusion. Pemerintah sudah menyiapkan ini cukup lama. Tidak hanya mendekatkan diri masyarakat pada sumber keuangan, tapi juga memberdayakan masyarakat," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.