Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IPW: Jokowi Juga Harus Kendalikan Produksi Otomotif

Kompas.com - 09/11/2014, 15:04 WIB
Fathur Rochman

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia Police Watch (IPW) meminta kepada Presiden Joko Widodo untuk mengendalikan dan melakukan moratorium terhadap industri otomotif. Jokowi harus memperhatikan hal tersebut sebelum memutuskan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).

"Sehingga bangsa Indonesia tidak terus menerus tersandera dengan membengkaknya subsidi BBM maupun kemacetan parah, terutama di berbagai kota besar," ujar Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Neta S Pane, melalui siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (9/11/2014).

Neta menilai, pemerintah sering tidak konsisten dalam menyikapi kenaikan BBM. Di satu sisi pemerintah mengeluhkan membengkaknya subsidi BBM, namun di sisi lain membiarkan industri otomotif "jor-joran" memproduksi kendaaran bermotor, hingga membuat kemacetan.

Menghadapi situasi yang seperti itu, pemerintah selalu mengambil jalan pintas, dengan menaikkan harga BBM. Padahal jika BBM naik, angka kriminalitas di lapisan masyarakat menengah ke bawah akan meningkat. "Sebab kesulitan ekonomi masyarakat bawah kian parah dan kejahatan kerap menjadi jalan pintas," ucap Neta.

Untuk itu, IPW berharap Jokowi bisa segera mengendalikan dan melakukan moratorium produksi industri otomotif, karena kendaraan bermotor menjadi penyedot terbesar stok BBM.

"Jika industri otomotif dimoratorium, Jokowi tidak terus menerus disandera kenaikan subsidi BBM. Selain itu, kemacetan lalulintas bisa terkendali dan angka kriminalitas bisa ditekan. Namun konsekwensinya, Jokowi harus membangun infrastruktur angkutan massal atau publik" ucap Neta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com