BI menargetkan inflasi tahun depan berada pada kisaran 4 persen plus minus 1 persen. “Jadi secara umum BI mengambil posisi menaikkan BI rate adalah untuk meyakinan inflasi akan ada derange yang kita targetkan 4 persen plus-minus 1 persen di 2015. Kami tidak ingin ekspektasi inflasi jadi tekanan yang mengganggu ekonomi kita,” kata Agus di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Kamis (20/11/2014).
Ia melanjutkan, neraca transaksi berjalan yang lebih sehat bukan berarti harus surplus, melainkan berada pada rentan 3 persen hingga minus 2,5 persen. Di samping itu, Agus mengatakan bahwa BI terus mengamati perkembangan ekonomi Indonesia secara umum.
Sejauh ini bank sentral melihat bahwa dalam satu dua bulan terakhir ada ekspektasi inflasi yang meningkat. Ekspekstasi inflasi ini bisa mendesak target inflasi 5,3 persen di 2014, dan 4,4 persen pada tahun depan.
“Itu semua bisa terdesak oleh ekspektasi inflasi, ini kalau dibiarkan bisa berkelanjutan oleh karena itu BI melihat faktor ekspektasi inflasi ini harus dipatahkan. Ini kalau sudah dipatahkan perlu tindak lanjut pengendalian inflasi oleh pemerintah pusat dan daerah terkait dengan biaya transportasi, pengendalian harga pangan,” tutur Agus.
Sebelumnya, pengamat ekonomi dari Universitas Pasundan Bandung, Acuviarta Kartabi menilai kondisi perekonomian Indonesia masih kaget akibat kenaikan BBM bersubsidi, sehingga kebijakan tersebut tidak tepat.
Acuviarta mengaku tak bisa menerima alasan BI menaikkan suku bunga acuannya dengan dalih pengendalian inflasi. Sebab, peningkatan inflasi saat ini bukan dorongan peningkatan permintaan melainkan inflasi akan naik akibat kenaikan harga BBM subsidi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.