Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Faisal Basri, menyebut kenaikan harga BBM bersubsidi diharapkan mampu membalikkan kondisi keseimbangan primer yang defisit sejak 2012. Kenaikan harga BBM bersubsidi juga membuat ruang gerak fiskal makin lebar.
Di sisi lain, Faisal mengatakan, defisit APBN diharapkan bisa menuju 2 persen. Momentum penaikan harga yang tepat nyata-nyata membuat inflasi terbilang rendah. Hingga November 2014, inflasi di kisaran 6,2 persen.
"Jadi, kehidupan ekonomi tidak sehat kalau inflasi gonjang-ganjing. Era ini sudah selesai. Saya kira tidak ada roller coaster yang lebih menyeramkan dari ini. Setidaknya sampai tahun depan selesai," kata dia dalam Seminar Nasional bertema "Outlook Perekonomian Indonesia tahun 2015", Kamis (4/12/2014).
Ekonomi Indonesia diyakini bisa melewati masa sulit setelah keputusan berat dari kenaikan harga BBM bersubsidi. Faisal bahkan optimistis, inflasi pada tahun-tahun mendatang bisa stabil pada 4-4,5 persen.
"Suku bunga pun tidak seperti ini lagi. Suku bunga mudah-mudahan akan ada di level 5 persenan saja. Jadi, kita punya potensi baik di stabilitas ekonomi makro," ucap Faisal.
Faisal lebih lanjut mengatakan, kenaikan harga BBM bersubsidi juga membuat current account deficit (CAD) berpeluang turun menjadi berada di level 2 persen. Saat ini, CAD berada di kisaran 3,2 persen.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.