Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dollar "Pulang Kampung", Menko Sofyan Tak Khawatir Krisis Moneter '98 Terulang

Kompas.com - 16/12/2014, 08:18 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, dollar AS yang "pulang kampung" adalah penyebab nilai tukar rupiah terus limbung sampai saat ini.

Namun, Sofyan menyatakan pula bahwa rupiah tak terdepresiasi sedalam beberapa mata uang lain di dunia. Karena itu, dia mengaku tak khawatir bakal ada perulangan krisis moneter 1998.

"Enggaklah, kondisi '98 kan banyak, karena politik, bersamaan ya," kata Sofyan di kantornya, Senin (15/12/2014) malam.

Krisis moneter pada 1998, tutur Sofyan, merupakan akumulasi dari krisis politik di dalam negeri yang bersamaan dengan krisis keuangan di Asia. Kondisi saat ini, kata dia, berbeda dengan situasi pada waktu itu.

"Ekonomi kita secara umum bagus sekali. Politik kita aman sekali. Presiden kita luar biasa populernya. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang dikeluarkan luar biasa bagusnya," imbuh Sofyan.

Pemerintah, lanjut Sofyan, bisa merespons pelemahan rupiah dalam jangka pendek dengan mendorong ekspor.

Namun, Sofyan mengakui tak banyak yang bisa diharapkan sekarang dari ekspor komoditas yang harganya juga anjlok bersamaan dengan harga minyak.

"Tapi, kalau manufaktur itu mereka perlu waktu sampai ada kontrak dan lain sebagainya untuk meningkat," ujar Sofyan.

Cara lain, lanjut Sofyan, pemerintah akan berupaya mengerem impor, terutama impor barang yang tak dibutuhkan. Pengurangan impor, kata dia, akan mengurangi penggunaan dollar AS.

"Kemudian, bagaimana kita mempercepat masuknya investasi, terutama investasi langsung. Maka, kami reform BKPM dengan izin satu pintu," kata Sofyan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com