Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung mengungkapkan, angka tersebut setara dengan 54,8 persen dari total ULN yang sebesar 294,5 miliar dollar AS. “Jumlah ULN swasta saat ini bahkan telah melebihi jumlah ULN pemerintah,” kata Juda di Gedung BI, Jakarta, Jumat (2/1/2014).
Menurut Juda, Bank Indonesia juga melihat bahwa ULN swasta tersebut rentan terhadap sejumlah risiko, terutama risiko nilai tukar atau currency risk, risiko likuiditas alias liquidity risk dan juga risiko beban utang yang berlebihan atau overleverage risk.
“Risiko ULN swasta juga semakin tinggi karena prospek perekonomian masih diliputi oleh berbagai ketidakpastian,” ucapnya.
Juda bilang, likuiditas global diperkirakan akan mengetat pada tahun 2015 ini, seiring dengan berakhirnya kebijakan moneter akomodatif di Amerika Serikat berupa tapering off.
Pada saat yang bersamaan, ekonomi negara-negara emerging market yang menjadi mitra dagang utama Indonesia, diperkirakan masih akan mengalami perlambatan disertai dengan harga komoditas ekspor di pasar internasional yang masih rendah.
“Kondisi ini menyebabkan beban pembayaran ULN berpotensi meningkat dan sebaliknya, kapasitas membayar ULN berpotensi menurun,” jelas Juda. (Dea Chadiza Syafina)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.