Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raup Ratusan Juta dari Rempah Dapur, Adi Ingin Ekspor ke Seluruh Dunia

Kompas.com - 15/01/2015, 10:32 WIB


KOMPAS.com -
Adi Pramudya memulai usaha ini sejak tahun 2012. Lewat CV Anugrah Adi Jaya, dia memiliki lahan seluas 5 hektare (ha). Setiap ha lahan bisa menghasilkan 35 ton hingga 40 ton rempah. Setiap kali panen, dia bisa meraup omzet hingga Rp 300 juta.

Adi adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Jiwa bisnisnya mengalir dari kedua orang tuanya yang juga berprofesi sebagai pengusaha toko kelontong. Dari situlah orang tua Adi menghidupi keempat anak-anaknya.

Namun, cobaan sempat melanda keluarga Adi. Saat pria asal Pati, Jawa Tengah ini duduk di bangku SMP, toko kelontong yang merupakan sumber penghidupan keluarganya lenyap terbakar si jago merah. "Setelah kejadian itu saya sampai harus memberikan seluruh tabungan saya kepada ibu sebesar Rp 500.000 untuk membayar tagihan listrik dan air," kata Adi.

Itu merupakan saat-saat terberat buat Adi karena harus melihat orang tuanya memulai kembali dari nol untuk membangun perekonomian keluarga.

Tragedi itulah yang membuat Adi termotivasi untuk membahagiakan orang tuanya. Dari situ dia bertekad untuk bisa mandiri dan tidak mau terlalu lama merepotkan orang tua.

Berkat diskusi bersama kakaknya setelah lulus (SMA), Adi pun memutuskan untuk mencoba berbisnis. "Kakak saya bilang, untuk dunia kerja lima tahun ke depan itu susah, tapi untuk buka usaha peluangnya masih besar," kata Adi.

Sembari menunggu jadwal mulai perkuliahan di Universitas Gunadarma, Depok, Adi mencoba peruntungan di bisnis kuliner dengan menjual pisang cokelat menggunakan gerobak di Jagakarsa, Jakarta.

Namun, usahanya tidak berjalan lama, hanya sekitar delapan bulan. Sebab, dia kesulitan untuk mencari sumber daya manusia (SDM). "Karena waktu itu saya juga masih kuliah, jadi ketika karyawan keluar, tidak ada yang mengurus usaha itu," jelas Adi.

Meski usaha perdananya kandas, laki-laki perantauan dari Pati ini tetap mencari jalan untuk bisa mendapatkan penghasilan sendiri sembari kuliah. "Saya sempat menjajakan madu hingga deterjen," kata dia.

Sampai akhirnya dia bertemu dengan seseorang yang bisnis di bidang pertanian ketika bertandang ke daerah Jonggol, Bogor oleh seorang kerabat. Di sana dia melihat lahan yang masih luas dan menganggur.

Lalu terbersit di pikirannya bahwa ada potensi besar jika bisa menggarap lahan kosong tersebut. Selain itu, dia juga berpikir bahwa banyak anak muda yang lebih memilih untuk bekerja kantoran ataupun kalau berbisnis memilih sektor  fesyen. "Kalau semua anak muda begitu, lalu siapa yang mau jadi petani? Padahal semua orang butuh makan," kata dia.

Dari situ Adi bertekad untuk menekuni usaha agribisnis. Pada 2011, pria lulusan Teknik Industri ini menyewa lahan dengan luas tidak sampai 1 hektare (ha) seharga Rp 2,5 juta. Uang tersebut dia dapat dari hasil meminjam uang sang kakak.    

Komoditas pertama yang dia tanam adalah singkong. Alasannya, karena pemasaran singkong relatif mudah dan banyak produk turunannya.

Ternyata, harga jual hasil panen singkong yang tidak stabil di pasar. Ini membuat laba bersih yang dia dapat terlampau kecil. Lantas Adi mencoba peruntungan dengan menanam tanaman lain yaitu lengkuas di 2012 pada lahan seluas 2 ha. Adi membagi separuh lahan  untuk bibit dan sebagian untuk sampai panen. 

Lambat laun bisnis pembudidayaan tanaman rempah dapur seperti lengkuas, kunyit dan kencur yang dijalankan oleh Adi Pramudya menghasilkan keuntungan. Seiring berjalannya waktu Adi mampu memperluas lahan tanamnya menjadi 5 hektare (ha) di tahun 2013. Sekitar 4 ha tanah digunakan untuk menanam lengkuas dan sisanya untuk menanam kunyit.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com