Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kementan Targetkan Swasembada Padi Tercapai pada 2016

Kompas.com - 05/02/2015, 11:29 WIB

JAKARTA
- Pemerintah telah berkomitmen untuk mewujudkan Kedaulatan Pangan serta Swasembada Pangan. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Presiden RI yang telah menetapkan agar swasembada padi, jagung dan kedelai yang akan tercapai dalam waktu tiga tahun.

Namun demikian, pihak Kementerian Pertanian justru akan berusaha mempercepat pencapaian target swasembada untuk padi sehingga dapat diraih dalam waktu kurang dari tiga tahun.

“Kementan menargetkan swasembada lebih cepat dari target tersebut, saya targetkan swasembada pangan pada tahun 2016, Khusus padi tak sampai tiga tahun dapat diraih. Kami secara internal menargetkan 2016 untuk padi” kata Menteri Pertanian, Amran Sulaiman usai pelantikan Dirjen Tanaman Pangan yang baru, Hasil Sembiring, di Auditorium Gedung F Kementerian Pertanian.

Mentan menegaskan bahwa pelantikan Dirjen Tanaman Pangan dilaksanakan mengingat suksesnya swasembada pangan padi, jagung dan kedelai salah satunya ditentukan oleh kinerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dengan demikian, sub-sektor tanaman pangan merupakan sub-sektor penting dan strategis.

“Kepada para petugas seluruh eselon I bekerja secara maksimal dengan komitmen, integritas dan loyalitas yang tinggi, walaupun terdapat pihak yang skeptis meragukan pencapaian swasembada tersebut. Kita harus hadapi pandangan itu dengan semangat kerja dan optimisme yang tinggi,” tegas Mentan

Mentan menjelaskan sebagai bentuk komitmen pemerintah terhadap program swasembada tersebut, pemerintah menambah alokasi anggaran 2015 melalui APBN-P sebesar 16 triliun, serta tambahan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang pertanian sebesar 4 triliun. Tambahan alokasi anggaran yang besar tersebut belum pernah diperoleh pemerintah sebelumnya.

“Untuk mencapai target swasembada pangan tersebut pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 20 triliun terdiri Rp16 triliun melalui APBN Perubahan dan Rp 4 triliun melalui Dana Alokasi Khusus (DAK)” jelas Mentan.

Sejauh ini Kementan telah melakukan revisi anggaran Kementerian Pertanian yang mana alokasi untuk bidang-bidang kurang produktif sebesar Rp 4,1 triliun dialihkan ke sektor produktif yang mendukung langsung pencapaian swasembada pangan. Sektor-sektor produktif tersebut yakni pembangunan irigasi, pengadaan benih dan pupuk serta alat dan mesin pertanian.

“Sejumlah langkah ditempuh termasuk pengalokasian dana pada sektor-sektor produktif. Selain itu sejumlah langkah strategis, khususnya produktivitas yang sebelumnya lima ton meningkat menjadi tujuh ton, atau dari lima ton ke enam ton dengan biaya produksi yang sama. Kedua, adalah indeks pertanaman yang biasanya petani hanya menanam satu kali, kemudian bisa menanam sampai dua kali juga akan menambah penghasilan petani” ungkap Mentan.

Kementerian Pertanian telah menetapkan target swasembada pangan khususnya padi dalam tiga tahun kedepan, bahkan semangat yang ada di internal Kementan bahwa target tersebut akan dapat dicapai kurang dari tiga tahun.

Untuk mencapai hal tersebut telah dilakukan identifikasi permasalahan terkait produktifitas, yaitu irigasi, benih, pupuk dan alat mesin pertanian.

“Jadi dengan faktor kunci adalah perbaikan irigasi, pengadaan benih, pupuk dan alsintan menjadi fokus dari Kementan maka dalam waktu tiga tahun saya yakin produktifitas akan naik dengan biaya yang sama tapi hasilnya berbeda. Selama ini kerusakan irigasi, rendahnya penyerapan benih dan pupuk serta minimnya penggunaan alsintan menjadi kunci penghambat swasembada,”  jelas Mentan.

Mentan juga menjelaskan bahwa pihaknya lebih memperhatikan  beberapa sektor penting yang selama ini justru menjadi penghambat yakni irigasi. Saat sekarang 52 persen dari total irigasi rusak di seluruh Indonesia, dan itu akan sangat mempengaruhi tanaman pertanian seluas tiga juta hektar.  Mengenai benih, untuk serapan benih pada 2014 hanya mencapai 20 persen. Yang ke tiga adalah pupuk, ketersediaan pupuk di banyak daerah yang dikunjungi sering terlambat.

Terkait alat dan mesin pertanian, Mentan akan pergunakan untuk penanganan pasca panen yangselalu kehilangan 10,2 persen dari hasil panen.  Dalam mendukung upaya tersebut, Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan mesin pemanen padi yang dirancang khusus untuk kondisi tanah sawah Indonesia yaitu combine harvester.

Keunggulan mesin itu ialah memiliki gaya tekan yang lebih rendah, yaitu sebesar 0,13 kg/cm2 dibandingkan dengan mesin-mesin yang ada di pasaran sebesar 0,20 kg/cm2.

“Tingkat kehilangan hasil di pascapanen pertanian mencapai 10,2 persen, sehingga bisa mengakibatkan kehilangan 1,5-2 juta ton di lapangan. Kalau misalnya kita memberikan combine harvester ke petani, bisa mengurangi hal ini dan bila berhasil diantisipasi dengan memanfaatkan dengan mesin harvester, maka diperkirakan 35 juta ton kali 5 persen maka 1,5 juta ton hingga 2 juta ton produksi padi bisa diselamatkan,” ujar Mentan.

Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Tanaman Pangan yang baru dilantik, Hasil Sembiring menyatakan optimis target swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah tersebut dapat dicapai sesuai waktunya. Upaya yang akan dilakukan pihaknya untuk mencapai target swasembada pangan tersebut, adalah melaksanakan apa yang sudah dicanangkan Mentan.

“Tidak ada program khusus yang  kami tetapkan karena apa yang sudah dicanangkan  Mentan tentang pembenahan irigasi, benih, pupuk dan alsintan merupakan modal awal swasembada beras maka tinggal melaksanakannya saja” kata Dirjen Tanaman Pangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Whats New
Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com