"Ekosistem kita dorong untuk menciptakan mata pencarian baru, sport, tourism, fotografi. Melihat tempat yang indah bukan untuk penerimaan negara, tapi untuk sustainability," kata Sjarief dalam Lokakarya Nasional Pengelolaan Kawasan Konservasi, Senin (16/2/2015).
"Misalnya untuk melihat Raja Ampat, tempat yang indah. Memang harus mahal, tapi itu untuk sustainability, menjaga keindahan dan kelestarian di sana," lanjut Sjarief.
Sjarief dalam kesempatan tersebut menjadi pembicara kunci, menggantikan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang absen lantaran masih mengikuti sidang kabinet terbatas.
Sjarief menjelaskan kepada para peserta lokakarya, Presiden Joko Widodo berkali-kali menegaskan bahwa laut adalah masa depan bangsa. Kunci pertama untuk mewujudkan tersebut adalah semua pihak harus yakin bahwa laut adalah milik Indonesia. Oleh karenanya, wajib bagi masyarakat untuk tahu bagaimana mengelolanya. "Dikuasai negara kata kuncinya adalah sovereignty (kedaulatan)," kata Sjarief.
Kunci kedua lautan sebagai masa depan adalah keberanjutan atau sustainability. Sementara itu, paradigma ketiga adalah kesejahteraan rakyat. "Apa betul kita menangkap ikan untuk kesejahteraan rakyat kita? Penggunaan alat-alat modern mematikan sebagian profesi. Mereka berpindah jadi tukang ojek karena tidak mampu bersaing, tergilas dengan modernitas," kata Sjarief.
Untuk diketahui, pemerintah menargetkan luas wilayah konservasi pada 2020 mencapai 20 juta hektar. Saat ini luas wilayah konservasi sekitar 16,4 juta hektar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.