Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investor China yang Bangun Pabrik Smelter di Papua

Kompas.com - 18/02/2015, 11:36 WIB
Kontributor Kompas TV, Alfian Kartono

Penulis


JAYAPURA, KOMPAS.com – Ketua Tim Teknis Pembangunan Smelter Papua, Bangun S Manurung mengatakan, perusahaan asal Tiongkok, Non-Ferrous China Company dengan pendanaan Bank of China akan menjadi pelaksana pembangunan smelter di Papua.

“Setelah pabrik smelter dan pemurnian selesai, langsung diambilalih Bank Investasi Amerika Serikat. Non-Ferrous China Company (NFC) adalah perusahaan asal China yang memakai teknologi Kanada dan sudah berpengalaman membangun sejumlah pabrik smelter di beberapa negara,” kata Bangun, di Papua Selasa (17/2/2015).

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Papua ini menjelaskan, kelebihan teknologi NFC yakni sistem continous process  memaksimalkan panas untuk pembangkit listrik serta lebih hemat listrik.

“Untuk menggerakkan pabrik smelter membutuhkan daya sebesar 10 Megawatt, sementara untuk pabrik pemurnian sekitar 20 Megawatt. Dengan sarana penunjang sekitar 20 Megawatt dibutuhkan daya sekitar 50-60 Megawatt yang diperoleh dari pembangkit listrik uap atau gas,” ucap Bangun.

Pabrik smelter Papua dengan kapasitas 900.000 ton konsentrat per-tahun, yang akan dibangun di Poumako, Kabupaten Mimika akan dibangun selama 52 bulan, dan akan menelan dana sekitar 1 miliar dollar AS atau hampir Rp 13 triliun.

“Jika dibanding biaya pembangunan pabrik dengan kapasitas yang sama oleh PT Freeport Indonesia di Gresik yang menelan dana sekitar 2,4 miliar dollar AS, pembiayaan pabrik smelter Papua jauh lebih murah,” kata dia.

Mengenai lokasi, ia mengatakan, Pemerintah Provinsi Papua bersama Pemerintah Kabupaten Mimika telah menyepakati lahan seluas 650 hektar yang diperuntukkan untuk kawasan industri di Kabupaten Mimika. Lokasi ini berdekatan dengan pelabuhan Samudera Poumako yang akan memudahkan bongkar muat barang.

“Mencari lokasi baru butuh waktu dan perencanaan, sementara kita diberi waktu hanya 6 bulan oleh Pemerintah Pusat. Sementara, pihak PT Freeport Indonesia mengklaim dalam 6 bulan kedepan siap membangun smelter di Gresik, walau belum memiliki lahan karena harus menimbun laut,” jelas Bangun.

Menurut dia, pembangunan smelter yang akan dibangun di Papua menjadi program nasional yang akan tertuang dalam road map pembangunan smelter di Indonesia untuk mengantisipasi perkembangan produksi konsentrat emas dan tembaga dengan pertambangan sudah ada dan yang akan dibuka.

Rencana pembangunan smelter di Kabupaten Mimika, sebut Bangun, juga menjadi perhatian Menteri Perekonomian yang secara khusus akan membahas pengembangan kawasan industri Poumako.

“Keberadaan pabrik smelter akan menjadi pemicu tumbuhnya industri baru. Didalam kawasan ini nanti akan dibangun pembangkit listrik, pabrik pemurnian emas, tembaga dan perak, pabrik peleburan tembaga, pabrik asam sulfat dan pabrik oksigen. Ini pun masih bisa bertambah,” kata dia.

Terkait keterlibatan PT Freeport Indonesia, Bangun mengatakan, sesuai kesepakatan dengan Dirjen Minerba, saat pemerintah pusat melakukan evaluasi izin ekspor yang berlaku 6 bulan, PT Freeport diminta komitmen untuk menyuplai konsentrat bagi pabrik smelter di Mimika.

“Kita harapkan itu dapat dituangkan dalam nota kesepahaman (MoU), sebagai bentuk komitmen perusahaan tambang tersebut untuk membangun pabrik smelter,” jelas Bangun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com