Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Genjot Produksi, Mentan Panen Raya di Sawah Tadah Hujan

Kompas.com - 16/03/2015, 10:58 WIB
KEPULAUAN MERANTI, KOMPAS.com - Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, terus melakukan upaya peningkatan produksi padi dalam rangka mewujudkan swasembada pangan nasional tiga tahun ke depan. Mentan tidak hanya menaruh perhatian khusus pada daerah sentra produksi padi, tetapi juga memperhatikan lahan sawah tadah hujan agar dapat menggenjot produksi padi.

Mentan sendiri ikut melakukan panen raya padi di Desa Bina Maju, Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, bersama Plt. Gubernur Riau Asyadjuliandi Rachman, Bupati Kepulauan Meranti H. Irwan, Komandan Korem (Danrem) 031/WB Brigjen TNI Prihadi Agus Irianto, Rabu (4/3/2015) lalu. Lokasi panen tersebut merupakan daerah pertanian di pulau terluar Indonesia yang lahan pertaniannya merupakan lahan sawah tadah hujan dengan satu kali musim tanam.

Kabupaten Kepulauan Meranti memiliki lahan sawah seluas 4.436 hektar. Lahan tersebut hanya dapat ditanami padi sekali setahun dengan produktivitas 3,5 ton per hektar.

Pada kesempatan itu Mentan mengharapkan pemerintah daerah Kepulauan Meranti agar dapat meningkatkan produktivitas dan indeks pertanaman (IP) melalui penggunaan benih unggul dan pembangunan jaringan irigasi. Berdasarkan data pemerintah daerah Kepulauan Meranti, kebutuhan beras di Kepulauan Meranti 90 persen dipasok dari daerah lain bahkan impor dari Malaysia, Thailand dan Vietnam.

"Kami akan bantu mencarikan solusi Kepulauan Meranti yang lahan sawahnya tadah hujan, apabila ada sumber air maka perlu dibangun embun dan saluran irigasi sehingga IP nya naik dan mempercepat peningkatan produksi padi," kata Mentan.

Sementara itu, Plt. Gubernur Riau Asyadjuliandi Rachman berharap Kementerian Pertanian membantu Riau menuju swasembada beras. Menurutnya, Provinsi Riau kekurangan beras lebih dari 300 ribu ton per tahun.

"Namun, kami benar-benar merasakan komitmen Kementerian Pertanian dalam membantu peningkatan produksi pangan di Provinsi Riau akhir-akhir ini," ujarnya. 

Menanggapi hal itu, Mentan menyampaikan bahwa bantuan yang diberikan Kementerian Pertanian pada Provinsi Riau, khususnya Kepulauan Meranti, sangat banyak. Bantuan tersebut terdiri dari pengembangan jaringan irigasi sebesar 1.000 ha dan optimasi lahan 2.000 hektar dari refocusing anggaran tahun 2015, pengembangan jaringan irigasi sebesar 1.000 hektar dari APBN-P, rice transplanter 6 unit, hand-tractor 6 unit, dan akan ditingkatkan hingga 24 unit dan pompa air 24 unit.

"Saya tidak akan biarkan beras impor masuk membanjiri negeri kita. Ketersediaan beras nasional kita cukup. Pangan kita harus bangkit. Saya tidak ingin wariskan krisis pangan pada anak cucu. Suatu saat akan ada serangan pangan ke negara lain dari Indonesia," kata Mentan.

Selain bantuan di atas, Mentan juga memberikan bantuan pada Kepulauan Meranti sesuai dengan kebutuhan petani dan keunggulan lokal yang dikembangkan. Mentan berjanji akan memberikan bantuan berupa peremajaan kelapa, pembibitan sagu, budidaya kopi dan penanggulangan hama.

"Kami akan memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan petani bukan keinginan kami, saya minta dinas agar dapat menyampaikan juga permohonan bantuan sesuai keunggulan lokal secepatnya," ujar Mentan.

Pangan lokal alternatif

Menurut data pemerintah daerah Kepulauan Meranti, Kepulauan Meranti merupakan daerah penghasil sagu dan kopra serta kopi sebagai komoditi utama pertaniannya. Tiga komoditi ini tidak hanya dipasarkan dalam negeri, tetapi juga diekspor ke negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura, bahkan sagu di ekspor sampai ke Jepang.

Selain dieskpor, masyarakat Kepulauan Meranti menjadikan sagu sebagai pangan lokal alternatif yang diolah dalam berbagai bentuk makanan, misalnya mie sagu dan es cendol.

Pada panen raya ini, Mentan menyempatkan waktu berdialog dengan para petani yang sudah berkumpul di lokasi panen. Petani merasa senang dan terbantukan dari bantuan dari kementerian. Menurut mereka, bantuan tersebut sesuai dengan kebutuhan dan masalah mereka selama ini. Awalnya, petani biasanya memanen padi dengan cara tradisional dan mengolah sawahnya dengan sistem TOT (tanpa olah tanah).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Whats New
Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Whats New
Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Whats New
Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com