KOMPAS.com - Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai tahun ini, PT Rekayasa Industri (Rekind) mengambil sikap percaya diri. Menurut Presiden Direktur Rekind Firdaus Syahril dalam perbincangan dengan media pada Rabu (1/4/2015), perusahaan yang dipimpinnya terbilang satu-satunya perusahaan perekayasaan, pengadaan, dan konstruksi (EPC) yang komplet. "Di kawasan ASEAN, cuma kami yang mengerjakan EPC secara lengkap," kata Firdaus.
Catatan menunjukkan, pemerintah Republik Indonesia mendirikan Rekind pada 12 Agustus 1981. Misi yang diemban adalah meningkatkan kemandirian bangsa di bidang EPC. Rekind juga menjadi pendukung pembangunan industri dan infrastruktur nasional.
Firdaus menerangkan, ada tiga pemegang saham Rekind. Pertama adalah PT Pupuk Indonesia sebesar 95 persen, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) 5 persen, dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 5 persen.
Menurut penjelasan Firdaus, proyek-proyek di MEA juga berkaitan dengan infrastruktur. Proyek infrastruktur menjadi andalan pemerintahan Presiden Joko Widodo hingga lima tahun ke depan. Salah satu yang utama adalah proyek pembangunan kelistrikan 35.000 megawatt (MW).
Meski demikian, aku Firdaus, pihaknya sampai sekarang belum ikut ambil bagian di dalamnya. "Padahal, kami sangat siap untuk pembangunan proyek tersebut," kata Firdaus menegaskan.
Kawasan
Dalam penjelasannya, Firdaus mengatakan pada 2015 ini, pihaknya tengah menggarap 15 proyek. Kemudian, ada 10 proyek yang baru saja rampung 100 persen.
Rekind, terang Firdaus memiliki unit bisnis strategis (SBU) yang mengembangkan pembangunan proyek-proyek seperti panas bumi, infrastruktur migas lepas pantai, produksi pupuk, dan pembangkit listrik.
Debut Rekind adalah pada 1983-1984 pada proyek manajemen konstruksi di Pabrik Pupuk Iskandar Muda, Aceh. Proyek itu bernama PIM 1. "Kala itu, saya ikut ambil bagian di dalamnya dan masih dibantu oleh tenaga asing dari Kellog, Amerika Serikat," kenangnya.
Sementara itu, proyek Rekind di luar Indonesia terwujud pertama kali pada pembangunan pabrik amonia di Bintulu, Malaysia pada 1991. Pabrik amonia itu merupakan proyek milik Petronas.
Proyek di Malaysia, imbuh Firdaus, kemudian berkembang pula untuk pembangunan kelistrikan di Malaka. Pada 2001-2004, Rekind juga berpartisipasi membangun pabrik pupuk NKP di Kedah. "Kami juga menggarap proyek di kawasan ASEAN yakni di Brunei Darussalam," tuturnya.
Catatan juga menunjukkan pada 2014, Rekind membukukan pendapatan hingga Rp 11,2 triliun. Sementara, raihan laba sebelum pajak mencapai Rp 375 miliar.
Hingga 2015 usai, Rekind menargetkan pendapatan Rp 8 triliun. Lalu, pada masa yang sama, Rekind membidik laba sebelum pajak di angka Rp 300 miliar. Pajak yang dibayarkan Rekind ke kas negara tercatat sudah menyentuh angka lebih dari setengah triliun rupiah.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.