JAKARTA, KOMPAS.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berkomitmen untuk meneruskan fokus pada upaya pemberantasan penangkapan ikan ilegal (illegal fishing) pada 2016 mendatang. Pasalnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yakin illegal fishing merupakan wahana yang acapkali ditunggangi tindak kejahatan lain.
Susi merasa Indonesia pun sangat telat memulai upaya pemberantasan penangkapan ikan ilegal itu ketimbang negara-negara luar seperti Eropa dan Amerika Serikat. “Di kita baru-baru sekarang ini hangat-hangat. Di Eropa dan Amerika Serikat, mereka sudah lama memerangi illegal fishing, karena mereka tahu, banyak kriminalitas lain yang menumpang di illegal fishing. Human trafficking, human slavery, drugs smuggling,” ucap Susi, Jakarta, Rabu (8/4/2015).
Malah, kata dia, kasus penangkapan ikan ilegal di Wanam menyertakan juga penyelundupan minuman keras, burung, kulit buaya, dan tanduk rusa.
Sementara itu, melihat beberapa kasus perbudakan, Susi pun miris manakala banyak anak buah kapal yang mati, dan beberapa tak kembali. “Kejahatan illegal fishing ini merambah ke banyak hal bukan hanya ikan kita dicuri. Kalau orang sudah ribut, NGO ribut gajah mati karena hutannya dibakar, monyet mati karena perkebunan. Tapi ini manusia-manusia diperbudak dan mati untuk ikan. It’s unbelievable!” kata Susi geram.
Susi memastikan pemerintah Indonesia ke depan tidak boleh berdiam diri memerangi kejahatan ini. Seluruh dunia saat ini sudah mulai mafhum. Bahkan, Thailand pun juga turut mulai memberantas illegal fishing. “It’s a real big war. Ini perang sudah terbuka. Kalau tadinya hanya selintas-selintas, sekarang ini it’s an open war. Kita harus bahu-membahu. Illegal fishing ini big, big, big enemy daripada semua negara sekarang ini. Kita bisa kita membiarkan manusia mati hanya untuk bisnis,” pungkas dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.