Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Swasembada Beras Mesti Pentingkan Kualitas

Kompas.com - 21/04/2015, 19:29 WIB


KOMPAS.com - Mencapai swasembada beras pada dua atau tiga tahun mendatang adalah tantangan bagi Indonesia. Namun demikian, selain pencapaian angka kuantitas 38 juta ton per tahun sesuai total konsumsi beras nasional sebagaimana diputuskan pemerintah pada akhir Maret silam, kualitas atau mutu beras yang bakal dikonsumsi setelah menjadi nasi mesti juga mementingkan kualitas.

Catatan International Rice Research Institute (IRRI) pada lamannya, IRRI.org menunjukkan beras adalah makanan pokok hampir separuh dari 7 miliar penduduk di dunia. Sementara, 90 persen dari pengonsumsi beras tersebut adalah penduduk Asia.

Maka dari itulah, tak ada yang menyangkal, saat ini beras masih menjadi pilihan utama mayoritas masyarakat di Indonesia sebagai makanan pokok. Sejalan dengan bertumbuhnya jumlah kelas menengah di Indonesia, kesadaran akan pentingnya mengkonsumsi makanan termasuk beras yang sehat dan berkualitas pun makin meningkat.

Bertolak dari kenyataan ini, PT Buyung Poetra Sembada (BPS), perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan dan pengolahan beras, berkomitmen menghasilkan produk berkualitas tinggi. Komitmen pemegang merek Topi Koki ini terlihat dari penerapan standard mutu beras yang diedarkan ke pasaran.

Adalah Direktur Utama BPS Sukarto Bujung dalam keterangannya pada Minggu (19/4/2015) yang mengatakan bahwa pihaknya sudah menerapkan standard mutu ISO 9001-2008 untuk produksinya. Sertifikasi standard itu, imbuh Sukarto, diperoleh pihaknya pada 11 Februari 2015. Secara ringkas, ISO 9001-2008 mengatur kualitas manajemen pengelolaan terkait kepuasaan konsumen, salah satunya. Ada empat komponen di dalam ISO 9001-2008 yakni perencanaan berkualitas, pengecekan berkualitas, jaminan berkualitas, serta penerapan berkualitas.

Ia menjelaskan, di bawah kepemimpinan generasi kedua yang sangat kuat dalam visi dan misi untuk menciptakan kualitas atau mutu produk yang dihasilkan, manajemen Topi Koki secara berkesinambungan mengikuti perkembangan mesin-mesin modern dan berteknologi tinggi untuk memproduksi beras. Dengan standar yang terjaga, Topi Koki menghasilkan beras berkualitas super, higienis, putih alami, dan menjadikan nasi lebih lezat dan nikmat. "Ini demi memastikan setiap produk Topi Koki yang dihasilkan dan didistribusikan, telah melalui tahapan proses penyaringan, seperti stoner (mesin pembuang batu), mesin pemisah menir (beras patah), dan mesin colour shorter (mesin pemisah warna dan benda yang tidak sesuai dengan spesifikasi beras)," tuturnya.

Peluang

Sukarto mengatakan pada bisnis beras masih ada peluang yang direngkuh pihaknya. Makanya, BPS, merilis beras bermerek Limas, BPS, dan Belida atau beras pera untuk bahan baku pembuatan lontong dan ketupat.

Tak berhenti sampai di situ, BPS juga menjual beras menir atau lazim dikenal sebagai broken rice yakni Broken Rice IR 64 dan Broken Rice IR 42 untuk pabrik bihun. Kedua produk tersebut merupakan hasil riset dan pengembangan IRRI pula.

Catatan menunjukkan, BPS berdiri di Jakarta 16 September 2003, sebagai bentuk pengembangan usaha dari Toko Buyung Palembang yang berdiri sejak 1977. Untuk kali pertama, pemasaran BPS dilakukan di pasar tradisional Jakarta. Seiring berjalannya waktu, BPS melebarkan pasar ke pasar modern, memasok beras Topi Koki, di berbagai jaringan ritel modern mulai dari minimarket hingga hypermarket di seluruh Tanah Air.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Earn Smart
Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Whats New
Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Whats New
Sepakati Kerja Sama Kementan-Polri, Kapolri Listyo: Kami Dukung Penuh Swasembada

Sepakati Kerja Sama Kementan-Polri, Kapolri Listyo: Kami Dukung Penuh Swasembada

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com