Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pidato Jokowi Dipuji, tetapi...

Kompas.com - 23/04/2015, 11:44 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pidato Presiden Joko Widodo pada pembukaan Konferensi Asia Afrika, Rabu (22/4/2015), "menjewer" badan ekonomi dunia, yaitu Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), dan Bank Pembangunan Asia (ADB). Pasalnya, tiga badan ekonomi tersebut dianggap tak berkontribusi maksimal menyelesaikan masalah ekonomi negara-negara yang tertinggal di Asia dan Afrika. (Baca: Jokowi: IMF, Bank Dunia, dan ADB Tak Memberi Solusi)

Namun, pidato tersebut diharapkan tak hanya jadi retorika semata. Presiden, melalui Konferensi Asia Afrika (KAA), ditunggu untuk melakukan upaya nyata suatu badan baru yang benar-benar berfungsi bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat di Asia dan Afrika.

"Pidato tersebut bagus, retorikanya. Nah, sekarang alternatifnya apa untuk melakukan support pembangunan, di negara-negara Afrika terutama? Kan tidak ada. Makanya peran badan baru di luar Bank Dunia itu perlu," ujar pengamat ekonomi Didik J Rachbini kepada Kompas.com, Jakarta, Kamis (23/4/2015).

Didik menjelaskan, badan keuangan, terutama Bank Dunia, memiliki kontribusi yang berbeda-beda bagi negara-negara di Asia dan Afrika. Bagi negara-negara yang maju dan berkembang pesat, peran Bank Dunia tak lagi besar. Bahkan, dia menyebut Bank Dunia saat ini layaknya anak kecil jika dibandingkan Jepang, Tiongkok, India, bahkan Indonesia.

Namun di sisi lain, beberapa negara Asia dan Afrika yang tertinggal masih sangat tergantung dengan Bank Dunia. Oleh karena itu, apabila badan keuangan tersebut dinilai tak mampu menyelesaikan masalah ekonomi di negara Asia-Afrika, maka badan keuangan alternatif harus dibentuk.

"Pidato itu dipuji, ya saya setuju. Secara politik, bagus estetikanya. Akan tetapi kan kalau mau realistis dalam ekonomi, ya upaya membikin alternatif itu harus direalisasikan," kata dia.

Saat ini, negara-negara Asia dan Afrika belum sepenuhnya lepas dari kemiskinan. Bahkan, kelaparan masih kerap terjadi di negara-negara di kedua benua tersebut. Di sisi lain, ketimpangan ekonomi sosial pun kian menjadi-jadi, menunjukkan bukti bahwa belum semua lapisan masyarakat Asia-Afrika merasakan pembangunan.

Baca juga: Pernyataan Presiden Jokowi Dinilai sebagai yang Terbaik Saat WEF 2015

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com