Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Analisis Gampang dalam Membeli Saham

Kompas.com - 25/04/2015, 08:00 WIB

                                    Ryan Filbert
                                   @RyanFilbert

KOMPAS.com - Artikel saya sebelumnya, yaitu Strategi Memilih Saham yang Menguntungkan dan Kapan Sebuah Saham Menjadi Murah Harganya, ditujukan bagi mereka yang masih sangat awam dengan bentuk konkret dari cara menganalisis kenaikan dan penurunan harga saham.

Dalam artikel ini saya akan membahas keduanya dengan sebuah pendekatan populer dalam analisis saham, yang dikenal sebagai analisis pergerakan harga dan volume perdagangan. Dalam artikel ini, saya akan menggunakan pendekatan hanya dari sisi harga dan rata-rata harganya.

Katakanlah ada seorang murid sekolah, yang dari 6 kali ujian, mendapatkan hasil sebagai berikut: 5,5,5,5,6,5. Pertanyaannya, bila di ujian yang ke-7 murid tersebut mendapatkan nilai 10, apakah mungkin? Ya, pasti jawabannya adalah mungkin, dan dengan sedikit berbisik Anda mungkin akan berkata, “Iya mungkin… kalau nyontek!” Ya, apa pun upayanya, murid tersebut tetap berpeluang mendapatkan nilai 10. Masuk akal?

Namun secara kewajaran, apakah Anda dan saya menganggap hal itu wajar? Ya, jawabannya adalah tidak! Kenapa saya dan Anda bisa mengatakan bahwa nilai 10 untuk ujian ke-7 ini tidak wajar?

Sekarang, bagaimana bila murid tersebut mendapatkan nilai 5,5? Ini menjadi wajar! Bila 5? Ya wajar, karena murid ini memiliki nilai rata-rata antara 5 sampai 6. Atau dengan rata-rata secara statistik, kita akan mendapatkan 5,167 (5+5+5+5+6+5 dibagi 6).

Sebenarnya, selain aneh bila murid ini mendapat nilai 10, ada lagi hal yang sama tidak wajarya, yaitu bila murid ini mendapat nilai 0. Nah jadi apa hubungannya murid yang mendapat nilai 5 ini dengan analisis saham?

Harga saham bisa berubah setiap saat, dimulai dari saat pasar dibuka yaitu pukul 9 pagi, sampai pasar tutup pukul 4 sore. Harga saham bisa bergerak, bisa naik, bisa turun, dan bisa tidak bergerak. Pergerakan yang terjadi diakibatkan pembelian dan penjualan yang terjadi.

Bila ada yang menjual dengan harga Rp1.000 tapi tidak pernah ada yang membeli di harga Rp1.000, maka harga saham itu tidak akan berubah. Artinya perlu kesepakatan harga di angka Rp1.000, baru harga bergerak ke Rp1.000.

Setiap penutupan harga saham pada pukul 4 sore, kita akan mendapatkan sebuah angka yang disebut harga penutupan pasar. Bila harga-harga penutupan pasar ini dikumpulkan selama 200 hari penutupan bursa, kita akan mendapatkan rata-rata yang disebut rata-rata pergerakan 200 hari bursa.

Bila setiap hari hal itu dilakukan, maka kita akan mendapatkan sebuah garis yang disebut garis pergerakan harga 200 hari bursa, dalam bahasa analisis harga dikenal dengan Moving Average 200 (MA200).

Tapi dari sekian banyak rata-rata harian penutupan bursa, misalnya 10 hari, 30 hari, 100 hari, mengapa contohnya harus 200 hari bursa?

Mari kita berhitung. Dalam waktu 1 bulan, rata-rata terdapat 20 hari bursa (5 hari kerja dalam seminggu x 4 minggu dalam sebulan), dan dalam 1 tahun terdapat 12 bulan, yang berarti kita mendapatkan 240 hari bursa. Bila mengeliminasi hari libur atau tanggal merah, kita akan mendapatkan 200 hari bursa dalam satu tahun.

Artinya, bila sebuah saham memiliki harga di atas rata-rata 200 hari bursa saat ini, dapat dikatakan saham itu sedang bertumbuh harganya. Begitu pula dengan kebalikannya. Berikut ilustrasinya:

ist Ilustrasi pergerakan saham
Dan yang di bawah pergerakan 200 hari bursa:

ist Ilustrasi pergerakan harga saham

Sekali sebuah perusahaan bergerak di atas pergerakan 200 hari bursanya, maka sahamnya dapat terus menguat. Sebaliknya sekali melemah di bawah 200 hari, biasanya saham tersebut akan terus melemah.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER MONEY] Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen | Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

[POPULER MONEY] Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen | Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

Whats New
[POPULER MONEY] Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen | Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

[POPULER MONEY] Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen | Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

Whats New
[POPULER MONEY] Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen | Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

[POPULER MONEY] Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen | Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

Whats New
5 Kebiasaan yang Bisa Diterapkan agar Keuangan Sehat

5 Kebiasaan yang Bisa Diterapkan agar Keuangan Sehat

Spend Smart
Memahami Pajak Investasi Emas

Memahami Pajak Investasi Emas

Whats New
Harga Bawang Merah Mahal, Pemerintah Masifkan Gerakan Pangan Murah di Jakarta

Harga Bawang Merah Mahal, Pemerintah Masifkan Gerakan Pangan Murah di Jakarta

Whats New
Anggota DPR Minta OJK Tangani Aduan Layanan Paylater

Anggota DPR Minta OJK Tangani Aduan Layanan Paylater

Whats New
Kenaikan Suku Bunga BI Tidak Serta Merta Menahan Laju Pertumbuhan Ekonomi

Kenaikan Suku Bunga BI Tidak Serta Merta Menahan Laju Pertumbuhan Ekonomi

Whats New
Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com