Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengangguran Meningkat, Pemerintah Dinilai Tidak "Nyambung"

Kompas.com - 30/04/2015, 11:29 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Ekonomi sekaligus Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Hendri Saparini menilai, ada yang tidak "nyambung" antara persiapan tenaga kerja dengan sektor ekonomi yang didorong pemerintah. Hal tersebut terbukti dari data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait jumlah pengangguran di Indonesia tahun 2014.

"Kita tahu dulu kita mendorong tenaga kerja dari SMK (Sekolah Menengah Kejuruan), tapi sekarang pengangguran yang meningkat itu kan lulusan SMK, jadi kita ini enggak nyambung antara menyiapkan tenaga kerja dan sektor yang kita dorong," ujar Hendri di Jakarta, Rabu (29/4/2015).

Padahal kata dia, sebenarnya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ada di atas 5 persen per tahun relatif tinggi. Namun Hendri mempertanyakan mengapa pertumbuhan ekonomi itu tak terlalu banyak menyerap tenaga kerja.

Lantas, dia berujar ada yang salah dalam struktur ekonomi Indonesia. Sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja banyak seperti sektor pertanian dan manufaktur tak mendapatkan dorongan dari pemerintah.

Faktanya kata Hendri, perkembangan sektor pertanian justru terus merosot dari tahun ke tahun. Sempat mencapai 45persen tapi saat ini tinggal sekitar 34 persen. Lalu sektor manufaktur meski perkembangan sektor itu naik dari 18 persen menjadi 21 persen, tetapi itu dinilai masih kecil.  Di sisi lain, sektor jasa justru saat ini menguasai hingga 45 persen.

"Kesepakatan kita adalah struktur seperti apa yang akan kita rombak? Apakah kita akan tinggalkan pertanian? Apakah sektor jasa itu sudah benar? Karena sektor jasa itu muncul bukan karena kompetitif tapi Itu karena deindustrialisasi sektor manufaktur sehingga mereka pindah ke sektor jasa. Ini struktur yang harus kita rubah. Kita harus kembalikan sektor manufaktur dan pertanian itu kembali menjadi pendobrak kita," kata dia.

Lebih lanjut, berdasarkan laporan Bank Indonesia kata Hendri, pertumbuhan ekonomi Indonesia rupanya ditopang oleh tumbuh pesawatnya sektor telekomunikasi. Padahal, sektor tersebut bukanlah sektor yang mampu menyerap tenaga kerja yang banyak.

Menurut dia saat ini, BI dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) harus merumuskan strategi bersama sektor mana yang akan didorong. Kemudian kebijakan fiskal dan moneter seperti apa yang harus diambil untuk sektor tersebut.

Berdasarkan Data BPS , lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) banyak yang menjadi pengganguran terbuka. Jumlah lulusan SMK yang menganggur mencapai 813.776 jiwa, atau 11,24 persen dari jumlah total pengangguran terbuka di Indonesia sampai Agustus 2014, yakni 7,24 juta jiwa.

Kepala BPS Suryamin menengarai belum adanya link and match antara pendidikan kejuruan dengan permintaan industri menyebabkan lulusan SMK adalah yang paling banyak menganggur.

Suryamin menyebutkan kontribusi lulusan SMK dalam total jumlah penganggur terus meningkat setahun terakhir. Pada Agustus 2013, lulusan SMK yang menganggur mencapai 11,21 persen terhadap tingkat pengangguran terbuka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com