Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Bursa Turun dan Tidak Bersahabat

Kompas.com - 11/05/2015, 08:08 WIB

Oleh RyanFilbert
@RyanFilbert

KOMPAS.com - Di minggu-minggu terakhir ini, pasar modal Indonesia di Bursa Efek Indonesia (BEI) diwarnai dengan turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merupakan akibat dari penurunan harga saham-saham di dalam BEI.

Mulai dari saham perusahaan besar hingga saham perusahaan yang Anda juga baru dengar namanya mayoritas memiliki rapor merah dari segi pergerakan harganya.

Banyak pertanyaan via Twitter, fanpage Facebook, hingga email ke situs saya, dari yang merasa frustasi karena baru saja terjun ke saham dan reksa dana melihat kinerjanya selama 2 minggu tidak menguntungkan tapi justru malah memburuk, diakhiri dengan sebuah pertanyaan klasik, "Pak, kapan bursa akan naik? Dan apakah saya lebih baik menjual nya saat ini?"

Pertanyaan ini akan selalu mewarnai interaksi di pasar modal. Untuk pertanyaan pertama, mengenai kapan bursa akan naik, sebenarnya saya tidak tahu pasti, namun sebagai seorang investor dan pelaku pasar modal, saya optimistis bahwa dalam setiap koreksinya, BEI akan selalu bisa pulih.

Pernyataan ini bukan sebuah pernyataan tanpa dasar. Namun bila Anda bertanya apa alasan saya mengatakan demikian, mungkin Anda bisa menggunakan mesin pencari dengan mengambil beberapa kata kunci mengenai kondisi pertumbuhan makroekonomi Indonesia, misalnya.

Namun pada artikel kali ini, poin pertama telah saya sampaikan, bahwa tidak ada yang tahu pasti kapan bursa akan naik setinggi-tingginya, kapan serendah-rendahnya, serta kapan akan balik arah hingga terbang ke bulan.

Saya beri garansi, tidak ada seorangpun yang mengetahuinya dengan pasti. Oleh karena itu, kita perlu mengenal sebuah pemahaman dalam membeli dan berinvestasi saham. Karena kita tidak mengetahui akhir dari sebuah penurunan maupun kenaikan, maka diperlukan setidaknya 3 cara untuk menyikapi naik, turun, dan fluktuasi pasar dalam investasi dan perdagangan saham kita.

1. Membeli di dasar

Bagi pelaku pasar atau investor yang menganggap hari ini adalah hari terakhir pasar bergerak turun dan bila keesokan hari pasar bergerak naik, maka analisis, insting atau apapun yang ingin Anda sebutkan, memang berlaku! Selamat, Anda untung dan portofolio saham Anda berkembang.

Namun, bersiaplah dengan penurunan esok hari, sebab membeli di dasar hari ini, bisa saja di keesokan hari terdapat dasar yang baru dan nasib saham yang Anda beli hari ini merugi.

Di sinilah keputusan Anda perlu ditetapkan, apakah Anda telah membeli saham yang tepat? Bila Anda seorang pelaku pasar jangka panjang, Anda telah memilih saham terbaik dengan harga terdiskon. Namun sebagai seorang pedagang yang tak peduli membeli saham apa, (yang penting sudah murah) Anda perlu mempertimbangkan untuk keluar dari saham ini bila turun terus menerus.

2. Membeli saat pasar berbalik

Dalam bahasa populer sering disebut pasar rebound atau reversal, yakni saat terjadi balik arah harga dari turun menjadi naik. Inilah tipe kondisi kedua yang dimanfaatkan sebagai waktu pembelian.

Jelas dalam kasus ini, Anda akan tidak lebih untung dari mereka yang berani membeli saat pasar turun di dasar, namun anggaplah Anda berlayar ketika badai sudah mereda. Ingat, badai sudah mereda, bukan berarti tidak mungkin terjadi badai lagi.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penjelasan DHL soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Penjelasan DHL soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Whats New
IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

Whats New
Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Whats New
Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Whats New
Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Whats New
Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Whats New
Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Whats New
Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Earn Smart
Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Earn Smart
Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang jika Mau Maju

Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang jika Mau Maju

Whats New
United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

Whats New
Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Whats New
Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com