"Selanjutnya siapa pun yang ditunjuk jadi Dirut Bulog saya tidak yakin akan mampu mencapai target itu jika instrumen kebijakan pemerintah yang ada tidak memungkinkan Bulog untuk melakukan pembelian beras sebesar itu," ujar Khudori seusai diskusi RRI Pangan Kita di Jakarta, Senin (8/6/2015).
Menurut dia, target yang diberikan pemerintah kepada Bulog terlampau berat. Apalagi kata dia, pemerintah juga tak memberikan berbagai instrumen kebijakan kepada Bulog untuk mampu mencapai target itu. Tanpa adanya kebijakan pemrintah yang pro Bulog itu, Khudori yakin Dirut Bulog yang baru akan kesulitan menyerap 4 juta ton beras dari petani.
Sebenarnya, kata dia, fungsi Bulog sebagai BUMN yang tak boleh rugi dan fungsi Bulog menyerap beras petani sangat kontradiktif. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah yang pro Bulog sangat diperlukan agar fungsi Bulog menjaga stabilisasi harga pangan bisa maksimal.
Khudori bilang bahwa restrukturisasi Bulog harus dilakukan. Misalkan, kata dia, fungsi Bulog nantinya bisa masuk ke dalam lembaga pangan nasional yang saat ini sedang diperbincangkan.
"Ini bisa bersamaan dengan pembentukan kelembagaan pangan. Kemarin di Kementerian Pertanian, badan ketahanan pangan tidak dilantik. Saya menduga badan ketahanan pangan ini akan menjadi embrio lembaga pangan nasional. Nah, beberapa fungsi bulog bisa masuk kesitu. Saat lembaga ini terbentuk maka bulog bisa jadi operator badan ini," ucap Khudori.
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Lenny Sugihat diberhentikan dari jabatannya. Pemberhentian tersebut disebabkan lantaran tidak tercapainya pengadaan beras yang dilakukan oleh Bulog selama masa kepemimpinannya.
Direktur Pelayanan Publik Bulog Lely Pelitasari Soebekty mengatakan, Surat Keputusan pemberhentian Direktur Utama tersebut akan diserahkan pada Senin (8/6/2015).
Berdasarkan informasi lisan yang diterima Lely, Direktur Bulog diberhentikan karena tidak tercapainya target pengadaan beras yang dinilai tidak memenuhi harapan pemerintah, yakni 4 juta ton.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.