Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laku Diekspor, KKP Sebut Populasi Bekicot Menyusut

Kompas.com - 16/06/2015, 10:10 WIB
|
EditorErlangga Djumena

JAKARTA, KOMPAS.com – Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Saut P. Hutagalung mengatakan, sejumlah komoditas perikanan dan kelautan unik banyak yang diekspor ke luar negeri.

Beberapa diantaranya ialah teripang, ubur-ubur, dan bekicot. Namun siapa sangka, Saut mengatakan, bekicot yang biasanya dimanfaatkan untuk konsumsi langsung maupun obat-obatan dan kosmetik tersebut, kini populasinya menurun.

“Bekicot itu dikalengkan menjadi makanan. Tapi populasinya sekarang makin sedikit. Jadi, bekicot termasuk yang mau kita rehabilitasi,” kata Saut ditemui usai rapat dengan Komisi IV DPR RI, Jakarta, Senin (15/6/2015).

Sayangnya, Saut tak menunjukkan angka pasti berapa penurunan populasi bekicot. Sebab, hewan ini tumbuh secara alamiah, alias tidak dibudidayakan secara massif.

Saut menengarai, turunnya populasi bekicot lantaran banyaknya permintaaan dari luar negeri. Kandungan kapur dalam bekicot berfungsi untuk pembentukan tulang. Sehingga komoditas ini banyak dicari sebagai sumber protein dan obat-obatan.

Saut mengatakan, bekicot ini banyak diburu oleh orang-orang Amerika Serikat dan Eropa. Sedangkan ubur-ubur banyak diminati oleh Jepang, Korea, China, dan Taiwan untuk obat-obatan dan kosmetik.

“Pasar terbesar itu Amerika Serikat dan Eropa, itu permintaannya tinggi. Tapi sekarang, produksi bekicot masih berbasis alam ya,” kata Saut.

Dia menambahkan, selain ubur-ubur dan bekicot, komoditas perikanan dan kelautan unik yang memiliki permintaan tinggi adalah teripang. Teripang bermanfaat diantaranya sebagai suplemen serta obat kuat.

Sebelumnya, BPS merilis ekspor pertanian Januari-Mei 2015 mengalami kenaikan 1,58 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Selain karena kenaikan ekspor komoditas seperti kopi dan rempah-rempah, kenaikan ekspor pertanian juga ditopang meningkatnya ekspor di perikanan.

Kepala BPS Suryamin mengungkapkan ada yang menarik dari data meningkatnya ekspor sektor tersebut karena beberapa barang ekspor justru tak terduga kenaikannya. "Ini yang menarik yaitu ekspor ubur-ubur naik 106,83 persen. Kita ekspor ubur-ubur loh. Nilainya 14,7 juta dollar AS sebelumnya padahal hanya 7,1 juta dollar AS," ujar Suryamin sembari tertawa, Jakarta, Senin.

Tak cuma ubur-ubur, ternyata Indonesia juga mengekspor bekicot alias keong. Bahkan kata Suryamin, ekspor bekicot juga mengalami kenaikan pada Januari-Mei 2015 ini. "Kita juga mengekspor bekicot loh naik 28,28 persen. Kalau di sini bekicot dibuang ya mending diekspor saja ya," canda Suryamin.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+