JAKARTA, KOMPAS.com — Sosok Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Susi Pudjiastuti yang nyentrik tak bisa dimungkiri memiliki magnet tersendiri bagi masyarakat. Namun, jangan dikira semua orang terhipnotis dengan aksi Susi.
Kritikan keras bahkan tudingan pencitraan kerap kali terlontar dari mulut para anggota Dewan di Parlemen saat rapat kerja. Namun begitu, siapa bilang Susi merasa jadi media darling seperti yang dituduhkan para anggota Dewan.
Menteri asal Pangandaran, Jawa Barat, itu justru merasa menjadi menteri yang paling sering di-bully media. "Saya coba kampanye di media, tapi sama DPR dibilang pencitraan, serba salah negeri ini. Media harus dukung ayo makan ikan. Illegal fishing, ditenggelamkan. Selama ini yang rajin omong cuma saya. Sekarang dibilang media darling, aku pikir aku ini bukan media darling, tapi menteri paling sering di-bully sama wartawan ini," ujar Susi dalam acara diskusi RRI di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Senin (22/6/2015).
Sontak, celetukan Susi itu membuat seisi ruangan riuh. Bahkan, wartawan dan peserta diskusi pun sampai tertawa geli. Susi pun menyebutkan bukti bahwa dirinya jadi obyek bullying di media. "Fotonya Susi Pudjiastuti enggak ada yang keluar (di media) itu manis, cantik, coba. Adanya yang rambutnya inilah, pokoknya yang enggak karu-karuan. Itu adalah (bukti) publik bully media," kata Susi, tersenyum.
Bahkan karena sering melihat foto dirinya di media seperti itu, Susi sempat mempertanyakannya kepada wartawan di Istana Negara. "Saya bilang tuh sama wartawan di istana, 'Kalian punya enggak foto saya yang bagus?'. Masa ceprat-cepret (foto) saya 100 kali, yang keluar di media yang melototlah, sampai foto tahun 2007 dikeluarkan juga. Saya laporkan Komnas HAM suatu saat nanti lho," kata Susi.
Unek-unek Susi yang disampaikan dengan candaan itu tak hanya membuat wartawan dan peserta diskusi tertawa, moderator diskusi Wahyu Muradi dan pembicara lainnya, yaitu Wakil Ketua DPD RI GKR Hemas dan Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB Arif Satria, juga ikut tertawa geli.
Diskusi yang dimulai pukul 16.00 WIB dan berakhir pada pukul 17.50 WIB itu pun ditutup dengan buka puasa bersama. Di akhir acara, Susi bilang bahwa dirinya hanya menginginkan hak yang sederhana. "Saya ini cuma mau ikan banyak, nelayan dapat ikan, laut Indonesia ya milik Indonesia, asingnya tidak boleh. Mereka bikin pabrik bikin apa boleh, tapi masak yang tangkap orang luar negeri!" tandas dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.