Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Struktur Ekonomi Belum Mampu Bantu Rupiah

Kompas.com - 27/07/2015, 12:05 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -- Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, sempat mencapai titik terendah pasca-krisis 1998 yaitu Rp 13.465 per dollar AS pada Jumat (24/7/2015). Direktur Eksekutif Core Indonesia Hendri Saparini menilai, struktur ekonomi Indonesia saat ini tak mampu membuat mata uang garuda itu menguat.

Bahkan, kata dia, tak ada optimisme yang mampu diberikan saat ini lantaran struktur ekonomi tersebut. "Sekarang ini sebenarnya, kalau kita melihat dari struktur ekonomi kita itu kan sebenarnya tidak ada faktor yang bisa membuat kita lebih optimis terhadap rupiah. Artinya dari struktur nih. Dari sektor itu juga belum ada yang membuat kita besok kira-kira rupiah akan bisa menguat karena begini," ujar Hendri di sela-sela acara halalbihalal Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (27/7/2017).

Saat ini kata dia, rupiah di-drive oleh demand (permintaan) dan supply (penawaran) saja. Akibatnya, saat kebutuhan barang impor meningkat, rupiah kembali melemah seperti yang terjadi saat ini.

Lebih lanjut, Hendri Saparini sangat berharap adanya penguatan struktur ekonomi yang mampu dilakukan oleh pemerintah. Hendri yakin dengan adanya penguatan struktur ekonomi,  rupiah pun akan kembali menguat dan tak akan terlalu tergantung dengan kondisi pasar. "Misalnya kita sudah ada penguatan struktur ekonomi, nah itu penguatan rupiahnya bisa kita harap lebih sustainable. Ini yang kita harap kepada pemerintah untuk memberikan sinyal bahwa akan ada perbaikan struktur ekonomi," kata Hendri.

Saat ditanya prediksinya terkait kekuatan rupiah hingga akhir tahun 2015, Hendri mengatakan bahwa depresiasi nilai tukar akan sangat dipengaruhi oleh tekanan eksternal dan internal. "Tekanan itu kan ada dua, pertama tekanan eksternal. Itu saya rasa Thailand tekanannya jauh lebih besar. Indonesia sendiri sebenarnya pasti kena dampak yang sama. Apalagi perdagangan kita volumenya tidak terlalu besar, jadi kalau dikurangi sedikit ditambah sedikit, itu gejolaknya akan ada. Sementara yang di dalam negeri itu tadi, supply dan demand," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com