Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlu "Road Map" untuk Pengembangan Energi Selain BBM

Kompas.com - 27/07/2015, 14:38 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Untuk mengurangi ketergantungan akan bahan bakar dari fosil, pemerintah melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Sawit akan mengembangkan bahan bakar nabati (BBN). Mantan Dirjen Energi Terbarukan Kardaya mengatakan, pemerintah harus mempunyai road map yang jelas mengenai langkah dalam pengembangan energi.
Road map itu, sebut dia, sangat penting untuk pegangan semua pihak dalam menjalankan pengembangan energi selain bahan bakar minyak (BBM).

"Dalam road map itu harus dijelaskan mengenai kesamaan pandangan antara pemerintah dengan stakeholder, antara pertamina dengan BPBD Sawit. Jadi siapa melakukan apa akan sangat jelas,” ucap Kardaya kepada wartawan di Jakarta Senin (27/7/2015).

Pemerintah, menurut dia, harus melakukan terobosan. Karena jika hanya mengandalkan BBM dari fosil maka akan sangat lama sekali bisa memenuhi kebutuhan energi didalam negeri. Terobosan tersebut misalnya dengan memberikan kebijakan yang bisa menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di bidang energi di Indonesia.
 
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar sebagai negara yang kaya akan potensi bioenergi. “Banyak potensi energy bio yang bisa dikembangkan pemerintah selain dari sawit misalnya dari aren yang bisa menghasilkan Etanol. Indonesia mempunyai produksi yang sangat besar baik dari sawit atau dari aren,” kata Kardaya.
 
Kardaya menegaskan, untuk membangun energi nasional diperlukan kebijakan yang konsisten dari pemerintah serta implementasi yang konsisten juga.

“Jangan sampai kebijakan yang baru dijalankan ini di tengah-tengahnya berubah karena adanya faktor harga minyak dunia yang berubah pula,” tegasnya.
 
Penggunaan bioenergi merupakan BBN yang paling realistis untuk dikembangkan di Indonesia saat ini. Pasokan bahan bakunya sangat berlimpah. Ini seharusnya menjadi keuntungan kompetitif bagi Indonesia dan akan menjadi pertanyaan besar jika keuntungan kompetitif ini justru disia-siakan dengan berbagai dalih.
 
Sawit di Indonesia seperti halnya tebu di Brazil atau minyak di timur tengah. Karena itu, tidak masuk akal jika pengembangan bbn biodiesel berbasis sawit justru tertunda-tunda. Pada saat awal memang diperlukan sokongan kebijakan dan dana agar bisa bersaing dengan BBM fosil.
 
Sementara itu,  Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Sawit, Bayu Krisnamurthi mengatakan, lembaga yang dipimpinnya akan memberikan subsidi sebesar Rp 600-Rp 700 per liter untuk pengembangan biodiesel nasional .
 
"Kita sudah menyepakati ketentuan support biodiesel. Badan ini akan memberikan support Rp 600-Rp 700 per liter. Ini adalah on top dari Rp 1.000 subsidi pemerintah terhadap solar yang sudah ditetapkan dalam APBN," ujarnya dalam keterangan persnya di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Selain itu, PT Pertamina juga diminta untuk menggunakan bahan bakar jenis campuran sawit ini. Dengan adanya dana sawit ini, diharapkan Pertamina menggunakan B15 (biodiesel 15 persen).
 
"Ada selisih harga biodiesel dengan MOPS (Mean of Platts Singapore). Dengan adanya sistem ini menyelesaikan selisih harga tersebut, jadi tidak ada alasan bagi Pertamina untuk tidak gunakan B15," kata Bayu.
 
Dia menambahkan, subsidi yang diberikan melalui BPDP ini akan dialokasikan kepada produsen seperti Pertamina sehingga nantinya harga jual menjadi lebih murah.
 
"Subsidi Rp 1.000 akan diberikan kepada konsumen, prinsip supportnya pada konsumen tapi mekanismenya itu Rp 1.000 diberikan pada produsen BBM-nya, itu fix (tetap) di APBN, yang Rp 600-700 itu bergerak sesuai harga pasar, diberikan kepada produsen bahan bakunya, jadi konsumen secara tidak langsung akan diberikan subsidi Rp 1.600-1700 per liter," ujar Bayu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com