Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perusahaan Jepang Jadikan RI Basis Produksi Popok Bayi

Kompas.com - 03/08/2015, 08:08 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Sebuah perusahaan popok asal Jepang berminat memperluas investasinya di industri popok bayi di Indonesia, dengan nilai investasi sebesar 1,8 juta dollar AS atau setara Rp 24,12 miliar (kurs Rp 13.400).

Demikian menurut catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melalui keterangan resmi, akhir pekan ini. Minat tersebut disampaikan saat BKPM menggelar pertemuan one on one meeting dengan investor Jepang, di Tokyo, pada Kamis (30/7/2015).

Kepala BKPM Franky Sibarani, yang memimpin langsung kegiatan one on one meeting, menyatakan nilai strategis dari perluasan investasi ini adalah keputusan perusahaan untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi popok bayi, khususnya untuk memenuhi pasar dalam negeri.

“Dengan dijadikannya Indonesia sebagai basis produksi, terdapat penghematan impor sebesar 9,3 juta dollar AS per tahun (sekitar Rp 124,62 miliar),” kata Franky.

Dia menjelaskan, perusahaan popok asal Jepang tersebut, saat ini melakukan penjualan popok bayi yang mereka produksi di Thailand. Rencananya, perusahaan yang ada di Indonesia akan memulai produksi pada kuartal I tahun 2016 mendatang. Dengan demikian, kebutuhan pasar Indonesia tidak perlu lagi dipenuhi dari Thailand.

“Hal ini menunjukkan investasi yang masuk ke Indonesia cukup berkualitas, dapat mendorong ekspor atau menghemat devisa melalui produk substitusi impor,” sambung Franky.

Saat ini perusahaan popok bayi Jepang tersebut sedang menyelesaikan konstruksi pabriknya di Jawa Barat. Mereka pun sudah merencanakan perluasan investasi berikutnya sebesar Rp 101 miliar.

Sementara itu, Deputi Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal Azhar Lubis, menyatakan sebagai tindak lanjut atas minat ini, BKPM akan memonitor perkembangan investasi dari perusahaan terkait dan memfasilitasi apa yang dibutuhkan, khususnya mengenai pengurusan izin masterlist dan pengurusan izin usaha.

“Proyek ini sangat penting bagi Indonesia karena bersifat substitusi impor, berorientasi ekspor dan banyak menyerap TKI,” imbuh Azhar.

Dari 2010 hingga semester-I 2015, realisasi investasi Jepang di Indonesia mencapai 13,68 miliar dollar AS atau sekitar Rp183,3 triliun (kurs Rp 13.400). Investor Jepang menduduki urutan kedua terbesar setelah Singapura.

Dalam lima tahun terakhir, investasi Jepang di Indonesia direalisasikan dalam industri alat angkutan dan transportasi lainnya (53 persen), industri logam, mesin dan elektronik (17 persen), industri kimia dan farmasi (7 persen), serta industri makanan dan tekstil (masing-masing 4 persen). Sedangkan realisasi investasi Jepang untuk semester-I 2015 sebesar Rp 19,72 triliun, meningkat jika dibandingkan dengan realisasi investasi Jepang untuk semester-I 2014 yang sebesar Rp 16,19 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com