Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/08/2015, 20:14 WIB

KOMPAS.com - Di tengah perlambatan ekonomi saat ini, kawasan Asia Pasifik menjadi jantung inovasi. Di kawasan itu, tercatat negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan Australia, dan China yang menonjol di bidang pengembangan teknologi komunikasi.

Laman Intel.com pada Rabu (12/8/2015), merilis hasil riset Flurry Analytics pada Januari setahun silam. Kala itu, populasi phablet di kawasan tersebut hanya sebesar 6 persen dari keseluruhan perangkat yang digunakan secara global. Pada akhir 2014 angka itu menanjak menjadi 225 persen atau setara dengan 12,6 juta unit.

Phablet adalah kelas telepon pintar yang memiliki ukuran layar 5,3–6,99 inchi (135–178 mm). Piranti ini dirancang untuk menggabungkan atau melengkapi fungsi telepon pintar dan tablet.

Catatan Harry K. Nugraha, Country Manager Intel Indonesia, menunjukkan populasi phablet pada 2015 meningkat cepat. Angkanya mencapai 22 persen dari populasi ponsel pintar di kawasan Asia Pasifik, termasuk Jepang.

Sementara itu, data dari lembaga riset Kantar Worldpanel ComTech menunjukkan bahwa ukuran layar adalah alasan utama mengapa konsumen membeli ponsel tertentu. Kini, pembeli perangkat iOS mencapai  43 persen dan perangkat Android sebesar 47 persen.

Selain itu, terjadi peningkatan yang stabil dalam ukuran layar ponsel pintar dalam setiap rilis terbaru model unggulan dari setiap merek ponsel pintar ternama selama beberapa tahun terakhir. Semua produsen ponsel pintar utama meluncurkan phablet baru pada 2014 lalu dan pada kuartal pertama 2015, termasuk Apple, Samsung, LG dan Motorola, serta Xiaomi dan Huawei dari China.

Kenaikan permintaan terjadi di kawasan Asia Pasifik termasuk Jepang, tempat ponsel pintar dengan layar lebih besar lebih disukai konsumen. Konversi ke perangkat phablet paling menonjol di pasar kawasan yang matang seperti Korea. Di Negeri Ginseng ini, phablet menguasai hingga 62 persen dari pasar ponel pintar secara keseluruhan. Selanjutnya, Taiwan (42 persen), Australia (38 persen), dan Jepang (18 persen) menurut Intel MIS phablet data 2014.

Menurut Harry pihaknya berada pada jantung dari inovasi di kawasan Asia Pasifik termasuk Jepang. Misalnya, pada 2014 lalu, Intel berkomitmen menggelontorkan investasi sebesar 100 juta dollar AS di Intel Capital China Smart Device Fund. Intel juga mengumumkan pendirian Intel Smart Device Innovation Centre, di Shenzhen, China.

Namun, pengaruh Asia tampaknya akan terasa secara global tempat phablet menguasai hingga 21 persen dari penjualan ponsel pintar di US pada kuartal pertama 2015. Angka ini naik dari 6 persen pada kuartal yang sama tahun lalu menurut data dari lembaga riset Kantar Worldpanel ComTech.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BI Bakal Tahan Suku Bunga hingga 2025

BI Bakal Tahan Suku Bunga hingga 2025

Whats New
Ingin Sukses di Dunia Digital? Coba Program Free Trial SEO dari Undercover.co.id

Ingin Sukses di Dunia Digital? Coba Program Free Trial SEO dari Undercover.co.id

Work Smart
BI Proyeksikan Ekonomi Indonesia Tahun Depan Bisa 5,5 Persen

BI Proyeksikan Ekonomi Indonesia Tahun Depan Bisa 5,5 Persen

Whats New
Menhub Akui Pembelian Motor Listrik Lewat Subsidi Masih Jauh dari Target

Menhub Akui Pembelian Motor Listrik Lewat Subsidi Masih Jauh dari Target

Whats New
Harga Tiket Kereta Cepat Whoosh Naik Mulai 1 Desember, Animo Masyarakat Bakal Susut?

Harga Tiket Kereta Cepat Whoosh Naik Mulai 1 Desember, Animo Masyarakat Bakal Susut?

Whats New
Kartu BPJS Kesehatan Hilang, Apa yang Harus Dilakukan?

Kartu BPJS Kesehatan Hilang, Apa yang Harus Dilakukan?

Whats New
Daya Saing Investasi RI Dinilai Kalah dengan Vietnam, Mengapa?

Daya Saing Investasi RI Dinilai Kalah dengan Vietnam, Mengapa?

Whats New
Kemenkop UKM: 58 Persen Wirausaha Muda Mulai Bisnis Ramah Lingkungan

Kemenkop UKM: 58 Persen Wirausaha Muda Mulai Bisnis Ramah Lingkungan

Smartpreneur
Pendapatan Negara 2024 Ditarget Rp 2.802 Triliun, Pemerintah Andalkan Investasi dan Pajak

Pendapatan Negara 2024 Ditarget Rp 2.802 Triliun, Pemerintah Andalkan Investasi dan Pajak

Whats New
Tahun Anggaran Terakhir Kabinet Jokowi, DIPA Kini Berbentuk Digital

Tahun Anggaran Terakhir Kabinet Jokowi, DIPA Kini Berbentuk Digital

Whats New
Lazada: Indonesia Pasar Besar untuk E-commerce, Semua Punya Kesempatan Sama

Lazada: Indonesia Pasar Besar untuk E-commerce, Semua Punya Kesempatan Sama

Whats New
Platform Pinjaman Online Kredit Pintar Tunjuk CEO Baru

Platform Pinjaman Online Kredit Pintar Tunjuk CEO Baru

Whats New
Adaptasi Penjualan Produk Asuransi Unitlink Butuh Waktu 3-6 Bulan

Adaptasi Penjualan Produk Asuransi Unitlink Butuh Waktu 3-6 Bulan

Whats New
Tingkatkan Layanan, IoT Diterapkan di LRT Palembang

Tingkatkan Layanan, IoT Diterapkan di LRT Palembang

Whats New
Serahkan DIPA Terakhir Kabinet Jokowi, Sri Mulyani Harap Segera Terlaksana Awal 2024

Serahkan DIPA Terakhir Kabinet Jokowi, Sri Mulyani Harap Segera Terlaksana Awal 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com