Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/08/2015, 07:07 WIB
Oleh Rudiyanto
@rudiyanto_zh

KOMPAS.com -Selain berbasis saham, terdapat pula reksa dana yang dominan berbasis obligasi seperti reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana pasar uang. Karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan saham, maka metode pengukuran risikonya juga berbeda yaitu menggunakan analisa durasi. Seperti apa analisa tersebut?

Referensi: Mengukur Risiko Reksa Dana (1)

Secara prinsip, yang paling membedakan antara saham dan obligasi adalah pada jatuh temponya. Saham tidak memiliki jatuh tempo sehingga harganya akan berfluktuasi dari waktu ke waktu.

Di Indonesia, harga saham dapat turun ke batas bawah yang diperbolehkan dalam Bursa Efek Indonesia yaitu Rp 50 per lembar dan untuk kenaikannya tidak terbatas. Selama perusahaan terus menerus membukukan keuntungan, maka harganya akan terus naik.

Instrumen obligasi berbeda. Obligasi memiliki waktu jatuh tempo sehingga meskipun harganya juga dapat berfluktuasi, pada akhirnya pasti akan kembali ke nilai nominalnya.

Di Indonesia, harga obligasi dinyatakan dalam persentase dan untuk harga nominal adalah sebesar 100 persen. Harga pasarnya adalah harga dalam persentase dikalikan dengan nominal transaksi. Misalkan investor membeli obligasi Rp 10 miliar dengan harga 102, maka transaksi yang terjadi adalah Rp 10,2 miliar (Rp 10 miliar x 102 persen).

Untuk harga obligasi yang ditransaksikan di atas 100 disebut harga premium sementara yang di bawah 100 disebut disebut harga diskonto.

Dari saat dimiliki oleh investor hingga jatuh temponya, harga obligasi dapat naik dan turun. Bisa di atas 100 ataupun di bawah 100.  Batas terbawah adalah 0 persen atau pada dasarnya obligasi tersebut bangkrut dan untuk batas atasnya tidak ada.

Namun berapapun harganya, pada dasarnya jika perusahaan tidak bangkrut maka harganya akan kembali 100 pada saat jatuh tempo, artinya pemegang obligasi akan dikembalikan sejumlah nilai pokok obligasi oleh perusahaan yang menerbitkannya. Harga obligasi hanya menjadi harga transaksi jika investor memperjual-belikannya satu sama lain.

Kemudian, perbedaan besar kedua adalah penyebab perubahan harga tersebut. Harga saham sangat ditentukan oleh fundamental atau kinerja perusahaan. Jika kinerja perusahaan baik maka harganya akan naik dan sebaliknya.

Pengaruh fundamental perusahaan terhadap harga obligasi adalah ketika perusahaan tersebut mau bangkrut atau diprediksi akan gagal bayar. Ketika hal tersebut terjadi, harga obligasi bisa jadi 0. Namun jika hanya nilai penjualan dan laba bersih yang naik turun, hampir tidak ada pengaruhnya sama sekali terhadap harga obligasi.

Jadi perubahan harga obligasi dari hari ke hari lebih disebabkan karena perubahan suku bunga. Obligasi pada dasarnya adalah instrumen investasi yang memberikan pembayaran kupon yang tetap kepada investor, sama seperti deposito. Bedanya hanya jangka waktunya lebih panjang dan bunganya lebih besar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Whats New
Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Whats New
Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

Whats New
Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Whats New
Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Whats New
Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Whats New
Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com