Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Indonesia Pertahankan BI Rate di Posisi 7,5 persen

Kompas.com - 18/08/2015, 16:31 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia masih tak mengubah  suku bunga acuan (BI Rate). Sama seperti bulan lalu, BI menahan BI rate di angka 7,50 persen, dengan suku bunga Deposit Facility atau penempatan rupiah oleh bank di BI sebesar 5,50 persen.

Sementara, Lending Facility atau penyediaan dana rupiah oleh BI kepada bank ada di level 8,00 persen. "Ini berdasarkan rapat dewan gubernur BI yang dilaksanakan hari ini," ujar Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dalam konferensi pers di Kantor BI, Jakarta, Selasa (18/8/2015).

Menurut Agus, kebijakan tersebut diambil dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, di tengah masih berlanjutnya ketidakpastian perekonomian global.

BI juga mengaku akan terus melakukan operasi moneter baik di pasar uang rupiah maupun pasar valuta asing. "Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi,  perekonomian. Selain itu,  Bank indonesia terus memperkuat khususnya stabilitas nilai tukar dan stabiitas sistem keuangan dalam mendukung kesinambungan koordinasi dengan pemerintah dalam mempercepat stimulus fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,  serta lanjutkan berbagai kebijakan struktural ying menjadi kunci perbaikan prospek ekonomi lndonesia," kata Agus.

Bank Indonesia memprediksi portumbuhan ekonomi global diperkirakan lebih lambat dari perkiraan semula,  ditengah risiko di pasar keuangan global yang masih tinggi.  Perlambatan tersebut terutama diakibatkan oleh perkiraan pertumbuhan ekonomi AS yang tidak setinggi perkiraan semula dan ekonomi Tiongkok yang masih melambat. 

Meskipun rapat dewan gubernur bank sentral AS (The Fed) pada Juli 2015 sedikit lebib optimis terhadap perbaikan ekonomi, secara umum perekonomian AS pada 2015 diperkirakan lebih rendah dari proyeksi semula,  hal itu didorong oleh realisasi pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan II-2015 yang relatif rendah terkait dengan masih lemahnya investasi non-resdensial. 

Hal itu kata Agus juga sejalan dengan ketidakpastian suku bunga Fed Fund Rate (FFR) di AS. Sementara itu,  perekonomian Eropa diperkirakan membaik,  ditopang permintaan domestik yang menguat terkait dengan turunnya tingkat pengangguran. 

Tekanan di Yunani juga mereda setelah diterimanya persyaratan umum dana bailout oleh parlemen negara tersebut. Di Asia, perekonomian Tiongkok justru masih melemah di tengah tekanan pasar sahamnya yang terus berlanjut.

Akhirnya, untuk mempertahankan daya saing produk ekspor Tiongkok, Bank Sentral Tiongkok melakukan devaluasi yuan dan mengubah mekanisme penentuan nila tukar yuan sehingga memberikan dampak tambahan risiko tekanan nilai tukar kepada negara-negara mitra dagang Tiongkok,  termasuk Indonesia. 

Namun, secara umum BI menilai perekonomian dunia akan melambat yang kemudian berdampak pada masih menurunnya harga komoditas internasonal. Dari sisi pasar keuangan global, ketidakpastian akibat FFR di AS dan devaluasi yuan belum juga hilang. "Di sisi domestik,  pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat pada triwulan ll 2015,  namun diperkirakan akan membaik pada triwulan III dan IV-2015," ucap Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com