Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Devaluasi Mata Uang Vietnam Tak Akan Sebesar Yuan

Kompas.com - 19/08/2015, 22:18 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Keputusan Vietnam melakukan devaluasi mata uang dong diyakini akan memiliki dampak kepada Indonesia. Namun, dampak tersebut dipastikan tak akan lebih besar dari dampak devaluasi yuan yang dilakukan oleh Tiongkok pekan lalu.

"Itu pasti tak sebesar devaluasi yuan kemarin. Dampak ada tapi tentu tak sebesar kemarin," ujar Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati saat dihubungi Kompas.com, Jakarta, Rabu (19/8/2015).

Dia menjelaskan, besaran dampak devaluasi dong dan yuan bisa dilihat dari seberapa besar hubungan dagang antara Indonesia dengan Vietnam dan Indonesia dengan Tiongkok. Selama neraca perdagangan Indonesia dengan Vietnam masih surplus meski pemerintah juga harus memperhatikan impor pangan dari Vietnam yang berpotensi naik ketika ketersediaan pangan di pasaran hilang sehingga harga pangan melonjak saat ini.

Sementara itu, kondisi perdagangan dengan Tiongkok justru berbanding terbalik. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pasar ekspor RI ke Tiongkok mencapai 7,76 miliar dollar AS. Untuk impor, Cina tetap menjadi rekanan dagang terbesar dengan transaksi 16,50 miliar dollar AS.

Kondisi tersebut tentu membuat kebijakan Tiongkok melakukan devaluasi yen akan jauh lebih besar dampaknya kepada Indonesia daripada devaluasi dong yang dilakukan oleh Vietnam hari ini.

Sebelumnya, bank sentral Vietnam memutuskan untuk memangkas nilai (devaluasi) mata uang dong sebesar 1 persen pada Rabu (19/8/2015). Dengan demikian, otoritas moneter ini mendevaluasi nilai tukar menjadi 21.890 dongper dollar AS.

Bank sentral juga memperlebar rentang perdagangan menjadi 3 persen. Perubahan tersebut berlaku efektif mulai hari ini. Jika dilihat, devaluasi dong ini merupakan kali ketiga yang dilakukan oleh bank sentral Vietnam. Padahal, pada pekan lalu, State Bank of Vietnam memperlebar rentang transaksi mata uang dari 1 persen menjadi 2 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com