Bank Indonesia (BI) mengatakan, penyebab pelemahan rupiah masih sama yaitu karena tekanan ekonomi global. Namun, BI melihat adanya ketidakpastian baru yang diciptakan bank sentral Amerika Serikat (AS) yaitu The Fed lantaran dinilai ragu menikah suku bunga.
"Ada ketidakpastian lain lagi kan, yang tadinya The Fed itu mau September menaikan suku bunga, tetapi kalau kemarin lihat statement-nya (Komite Pasar Terbuka Federal/FOMC), sepertinya ragu-ragu dan menunda tidak September. Jadi ada ketidakpastian lagi," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara di Kantor BI, Jakarta, Jumat (21/8/2015).
Selain karena kembali adanya Ketidakpastian di pasar akibat pernyataan The Fed, BI mengatakan pelemahan rupiah juga masih dipengaruhi keputusan Tiongkok mendevaluasi yuan.
Lebih lanjut dia berharap , masyarakat harus melihat pelemahan rupiah saat ini secara menyeluruh. Pasalnya, pelemahan mata uang juga terjadi hampir di semua negara kawasan Asia-Pasifik.
Menurut Tirta, jika tak melihat pelemahan nilai tukar mata uang secara komprehensif, maka masyarakat tak memiliki persepsi yang menyeluruh terhadap kondisi rupiah saat ini. "Lihat juga Malaysia juga melemah, Singapura dollar juga melemah, dan Australia juga juga cukup tajam, bahkan New Zealand dollar juga sangat tajam," kata dia.
Sebelumnya, dalam risalah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 28-29 Juli, para pejabat The Fed mempertimbangkan pelemahan di pasartenaga kerja dan perlambatan ekonomi Tiongkok dalam menaikkan suku bunga acuan untuk pertama kalinya dalam lebih dari sembilan tahun.
"Sebagian besar menilai bahwa persyaratan untuk memperkuat kebijakan belum tercapai, namun mereka mencatat bahwa kondisi-kondisinya mendekati titik itu," sebut laporan The Fed Rabu (19/8/2015) waktu setempat.
Peserta pada pertemuan tersebut umumnya sepakat bahwa kondisi pasar kerja telah membaik, tetapi beberapa pejabat mencatat bahwa beberapa hal masih terlihat lemah. Hal tersebut merujuk pada fakta tingginya jumlah pekerja yang tidak aktif mencari pekerjaan serta tingginya pangsa karyawan yang bekerja paruh waktu karena alasan ekonomi.
Perlambatan di Tiongkok dan gejolak keuangan akibat pasar ekuitas Tiongkok anjlok, juga menjadi perhatian The Fed "Sedangkan penurunan pasar saham Tiongkok baru-baru ini tampak memiliki implikasi terbatas untuk prospek pertumbuhan diTiongkok hingga saat ini, beberapa peserta mencatat bahwa pelambatan material dalam kegiatan ekonomi Tiongkok bisa menimbulkan risiko untuk prospek ekonomi AS," sebut risalah.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.