Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mata Uang Negara-negara Ini Diprediksi Bakal Kian Tersungkur

Kompas.com - 24/08/2015, 13:46 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com — Bak bola salju, keputusan Pemerintah Tiongkok mendevaluasi yuan menggelinding cepat dan mengempaskan nilai tukar mata uang negara lain. Tenge Kazakhstan yang paling parah terkena dampak dari devaluasi yuan. Bloomberg melaporkan, bakal ada 11 mata uang lain yang mengikuti jejak tenge.

Tenge Kazakhstan sejatinya sudah tergerus jauh sejak awal tahun ini. Namun, Kamis (20/8/2015) pekan lalu merupakan puncak pelemahan tenge Kazakhstan sepanjang tahun ini, setelah bertengger di posisi 252,4 tenge per dollar Amerika Serikat (AS). Itu berarti, tenge melemah 38,41 persen sejak awal 2015. Untunglah, Jumat (21/8/2015) lalu, tenge kembali sedikit menguat ke 234,99.

Memang, negara yang terkena efek parah pelemahan yuan secara sengaja oleh Pemerintah Tiongkok pada 11 Agustus 2015 lalu adalah negara-negara bekas Uni Soviet, seperti Kazakhstan. Sebab, negara di Asia Tengah itu tak hanya kena efek devaluasi yuan, tetapi juga harus menghadapi pelemahan rubel Rusia. Tak ayal, depresiasi rubel menempatkan mereka dalam posisi yang tidak menguntungkan dalam perdagangan dengan Rusia.

Gavin Serkin, penulis Frontier, menyatakan saat diwawancara Bloomberg bahwa ada 11 mata uang yang berpotensi mengalami pelemahan jauh, selain tenge Kazakhstan.

Pertama, riyal Arab Saudi. Negara pengekspor minyak terbesar di dunia ini memang punya cadangan devisa yang masih besar, mencapai 672 miliar dollar AS. Arab Saudi juga memiliki kemampuan menahan pasar. Akan tetapi, pelemahan harga minyak mentah dunia ke level terendah dalam tujuh tahun terakhir bakal membuat riyal semakin terpuruk.

Kedua, manat Turkmenistan. Bangsa yang juga pengekspor minyak ini mempunyai hubungan ekonomi yang dekat dengan Rusia. Pada Januari 2015, Turkmenistan telah mendevaluasi mata uangnya sebanyak 19 persen. Bahkan, manat berpotensi melemah 20 persen dalam enam bulan ke depan.

Ketiga, somoni Tajikistan. Negara Asia Tengah ini punya hubungan dagang yang dekat dengan Kazakhstan. Nilai ekspor Tajikistan sebanyak 11 persen di antaranya berasal dari Kazakhstan. Itu sebabnya, somoni Tajikistan berpotensi terdepresiasi 10 persen–20 persen.

Keempat, dram Armenia. Mata uang negara pecahan Uni Soviet ini sudah melemah 15 persen dalam 12 bulan. Dram terus melemah lantaran seperempat perdagangan Armenia menuju ke Rusia. Padahal, rubel telah melemah 46 persen dalam 12 bulan terakhir.

Kelima, som Kirgistan. Kazakhstan dan Kirgistan juga dekat dalam hal perdagangan. Alhasil, som bakal terus tertekan.

Keenam, pound Mesir. Negeri piramida ini memang membatasi akses investor terhadap mata uang asing sejak tahun 2011 lalu. Para pedagang mata uang pun memproyeksikan, pound Mesir akan melemah sekitar 22 persen dalam setahun ke depan.

Ketujuh, lira Turki. Nilai tukar lira terhadap dollar AS terus melemah sejak Tiongkok mendevaluasi mata uangnya pada 11 Agustus 2015. Bahkan, Rabu (19/8/2015) pekan lalu, lira melemah 25,65 persen sejak awal tahun ke posisi 2,9254 per dollar AS. Ini adalah pelemahan lira paling dalam. Namun, Jumat (21/8/2015), lira menguat di level 2,3281 per dollar AS.

Kedelapan, naira Nigeria. Para pembuat kebijakan di negara pengekspor minyak ini memang menahan naira untuk menjaga perdagangan. Karena itu, ke depan, mata uang negara Afrika tersebut bakal jatuh lebih dalam 20 persen terhadap dollar AS selama setahun.

Kesembilan, cedi Ghana. Negara Afrika yang juga pengekspor minyak ini memiliki masalah fiskal, kenaikan inflasi, dan utang yang terus meningkat. Kondisi ini semakin memperlemah cedi.

Kesepuluh, kwacha Zambia. Kwacha kena efek pelemahan yuan karena 70 persen ekspor tembaga Zambia ke Tiongkok.

Kesebelas, ringgit Malaysia. Mata uang negeri jiran melemah ke level terendah dalam 17 tahun terakhir, Kamis (20/8/2015) pekan lalu. Akibatnya, cadangan devisa Malaysia merosot di bawah 100 miliar dollar AS untuk kali pertama sejak tahun 2010 lalu. (Hendra Gunawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Whats New
Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Whats New
Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

Whats New
Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Whats New
Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Whats New
Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Whats New
Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com