Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: Indonesia Tidak Krisis!

Kompas.com - 27/08/2015, 19:14 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS belakangan ini memunculkan kekhawatiran bahwa krisis ekonomi 1998 akan terulang. Lantas apakah kondisi ekonomi Indonesia saat ini benar-benar sudah di tahap krisis?

Menurut Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, ekonomi Indonesia saat ini memiliki fundamental yang jauh lebih baik ketimbang tahun 1998 lalu. Karena itulah, dia menegaskan, ekonomi Indonesia belum ada di tahap krisis.

"Belum (krisis). Seperti yang saya jelaskan tadi, jangan dikira Indonesia saat ini ada di tahap krisis. Yang bisa dikatakan krisis itu dunia karena pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,8 persen menurun jadi 3,5 persen, lalu jadi 3,3 persen. Itu terlalu rendah dan membawa dampak kepada Indonesia," ujar Agus saat ditemui di Kantor BI, Jakarta, Kamis (27/8/2015).

Dampak pelemahan ekonomi dunia itu tak hanya berdampak ke Indonesia. Tiongkok, yang pertumbuhan ekonominya selalu di atas 10 persen, terkena dampak yang tak kecil.

"Lihat perdagangan kita lemah. Namun, kita lihat kondisi di Tiongkok, yang 20 tahun pertumbuhan ekonominya di atas 10 persen, dalam tiga tahun terakhir turun, bahkan tahun ini diperkirakan jadi 6,8 persen, dan tahun depan 6,3 persen. Ini kondisi dunia yang tidak pasti dan perlu kita waspadai," kata dia.

Pelemahan ekonomi global berdampak pada jatuhnya harga komoditas sumber daya alam (SDA). Indonesia merupakan salah satu negara dengan neraca perdagangan yang sangat tergantung pada harga komoditas SDA. Seperti diketahui, harga barang ekspor andalan Indonesia, yaitu batubara dan minyak kelapa sawit (CPO), saat ini sedang jatuh.

"Dibandingkan 2 tahun lalu atau tahun lalu, sekarang ini secara fundamental (Indonesia) lebih baik. Yang disebut fundamental ekonomi itu apa? Inflasi, capital inflow, bagaimana neraca perdagangan. Misal, kita punya inflasi akan mengarah ke 4 persen, sebelumnya 8 persen. Kita punya transaksi berjalan tinggal defisit 2,1 persen, sebelumnya 4,2 persen. Jadi, ada perbaikan. Neraca perdagangan tahun lalu, dari defisit, sekarang dari Januari 2015 sudah surplus," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com