Apabila itu terjadi, dipastikan sejumlah negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia akan kembali terkena dampaknya.
"Kalau ada pergerakan di sana (China), mau enggak mau kita kena. Kalau Tiongkok devaluasi terus, competitiveness Malaysia, Thailand, dan Vietnam akan berkurang. Mau enggak mau mereka ikut mendevaluasi. Saya melihat masih ada peluang devaluasi (yuan) lanjutan," ujar Destry Senin (7/9/2015).
Dia menjelaskan, pengaruh ekonomi China di kawasan Asia sangatlah besar. Bahkan, Destry menyebut China sudah menanamkan jangkar ekonominya di Asia. Dengan begitu, jika ada sedikit perubahan pada ekonomi negara tersebut, hal itu akan dirasakan oleh negara-negara Asia termasuk Indonesia.
"Trend ekonomi di Tiongkok kan masih terus memburuk, dia sudah beberapa kali menurunkan suku bunga dan ternyata enggak bisa mendorong ekonomi mereka. Mau enggak mau mereka mendorong lagi ekspornya dia dengan cara mendevaluasi yuan lagi," kata dia.
Sebelumnya, ekonomi Tiongkok tumbuh pesat. Pada 2012, pertumbuhan ekonomi negeri tirai bambu itu mulai melambat. Akhirnya, untuk menggenjot ekspor, Tiongkok memutuskan mendevaluasi mata uangnya. Akibat keputusan itu, sejumlah mata uang negara di Asia terguncang. Index saham gabungan dibeberapa negara juga tertekan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.