“Kemarin kami laporkan dalam rapat bersama Presiden, ada keinginan Pertamina membangun storage dengan biaya 2,4 miliar dollar AS, ini supaya stok BBM naik dari 18 hari menjadi 30 hari,” kata Rizal di Jakarta, Rabu (9/9/2015).
Pendapat Rizal agar Pertamina tidak menggelontorkan anggaran sebesar itu lantaran saat ini Indonesia masih banyak mengimpor baik minyak mentah maupun BBM. Masing-masing sekitar 500.000 barel per hari (bph). Oleh karena itu menurut Rizal, lebih baik pemasok crude dan BBM-lah yang sebaiknya membangun tangki penyimpanan.
Selain menyoroti soal tangki penyimpanan BBM, Rizal juga menilai rencana Pertamina untuk membangun pipa penyalur BBM tidak cukup mendesak. “Pertanyaan kami, apakah ini betul-betul urgen? Tidak ada urgensinya bangun jaringan pipa BBM. Yang lebih urgen adalah pipa untuk gas,” sambung dia.
Dengan pembangunan pipa gas, diharapkan pemakaian gas kota bisa meningkat. Apalagi, gas merupakan energi yang lebih ramah lingkungan dibanding BBM.
Rizal bilang, investasi yang rencananya akan dikeluarkan Pertamina untuk pembangunan pipa BBM mencapai 5 miliar dollar AS. Artinya, lanjut dia, menekan pengeluaran yang inefisien ini bisa menghembat anggaran 7,4 miliar dollar AS. Rizal dalam kesempatan itu mengatakan, langkah mengurangi inefisiensi biaya perlu dilakukan di segala sektor.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.