Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Darmin: Soal Bunga The Fed, Ini Bukan Hadiah yang Bisa Kita Syukuri

Kompas.com - 18/09/2015, 12:57 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan penundaan kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) bukanlah suatu hal yang patut disyukuri. Pasalnya, spekulasi bisa sewaktu-waktu terjadi jika Komite Pasar Terbuka Federal kembali menggelar rapat.

"Dia bukan memberikan spare waktu, tapi memang enggak bisa menaikkan. Ini bukan hadiah yang bisa kita syukuri," ucap Darmin di Istana Kepresidenan, Jumat (18/9/2015).

Dia menjelaskan, bank sentral AS memutuskan batal menaikkan suku bunga karena tingkat pengangguran yang belum membaik. Jika suku bunga dinaikkan, negeri Paman Sam itu justru akan mendapat kerugian di dalam negeri.

"Jadi kalau dia tetap naikkan, justru akan membuat perbaikan yang saat ini terjadi di sana, bisa balik jadi nggak bagus," ucap Darmin.

Sementara dampaknya bagi Indonesia, sebut Darmin, memang akan membuat gejolak terhadap nilai tukar rupiah bisa lebih reda. Namun, spekulasi bisa kembali datang apabila Komite Pasar Terbuka Federal akan menggelar rapat.

Sehingga, Darmin pun menganggap memang sebaiknya suku bunga AS dinaikkan untuk memberikan kepastian di Indonesia. "Kalau dia naikkan, akan ada gejolak sebentar, mungkin gejolak agak besar, tapi setelah itu akan mereda dan menyesuaikan diri," ucap dia.

Indonesia, lanjut Darmin, juga bisa menyiapkan sejumlah langkah apabila The Fed akhirnya meningkatkan suku bunga acuan. Misalnya, pemerintah Indonesia bisa menjual surat berharga untuk mendatangkan valas, sementara Bank Indonesia bisa melakukan kebijakan moneter lain untuk menstabilkan rupiah.

Untuk diketahui, The Fed akhirnya membuat keputusan dengan mempertahankan suku bunga acuannya, 0 persen, pada Kamis (17/9/2015). Keputusan itu diambil di tengah stagnasi pertumbuhan ekonomi di AS dan pelambatan ekonomi dunia. Meski begitu, Komite Pasar Terbuka Federal atau The Federal Open Market Committee (FOMC) sempat berencana menaikkan suku bunga acuannya pada akhir tahun ini.

"Kondisi ekonomi dan keuangan dunia saat ini mungkin menahan aktivitas ekonomi. Ini yang membuat tekanan terhadap inflasi," kata The Fed.

Akibat keputusan itu, kurs dollar AS jatuh terhadap mata uang utama lainnya pada perdagangan Kamis (17/9/2015) waktu setempat (Jumat pagi WIB). Namun, rupiah masih lesu terhadap dollar AS. Hingga siang ini mata uang garuda melorot ke posisi Rp 14.484 per dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Earn Smart
Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Whats New
Harga Emas Dunia Terus Menguat di Tengah Ketegangan Konflik Iran dan Israel

Harga Emas Dunia Terus Menguat di Tengah Ketegangan Konflik Iran dan Israel

Whats New
Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Whats New
Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Whats New
Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Spend Smart
Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Whats New
Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Whats New
Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Whats New
Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Whats New
Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Whats New
Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Whats New
Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Whats New
Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com