"BI juga harus lebih aktif di pasar obligasi. Asing pegang hampir 40 persen obligasi pemerintah kita," ujar Ekonom Danareksa Purbaya Yudhi Sadewa di Jakarta, Minggu (20/9/2015).
Dia menjelaskan, keaktifan BI di pasar obligasi harus tercermin dari upaya menguasai obligasi. Pasalnya, bila asing memutuskan keluar dan menjual obligasi tersebut maka akan memberikan dampak yang cukup besar kepada nilai tukar rupiah.
"Tapi belinya jangan ditunggu sampai harganya murah. Harganya dijaga. Supaya asing-asing lain tidak takut dan ikut menjual, karena kalau ikut menjual mereka akan tukar rupiahnya ke dollar AS kan," kata dia.
Hingga saat ini, Purbaya belum melihat ada upaya dari BI untuk menopang ekonomi nasional. Kebijakan suku bunga acuan yang dipatok 7,5 persen dinilai kebijakan moneter yang ketat di mata investor.
"Mereka masih memberlakukan kebijakan tight money policy. Sama dengan memperlambat perekonomian labih jauh. Dalam keadaan seperti ini ya itu jelek, karena ketika perekonomian kita melambat lebih jauh investor akan cenderung meninggalkan kita, mereka akan berinvestasi di negara yang pertumbuhannya lebih cepat," ucap Purbaya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.