"Saya ini orang Indonesia Timur. Nenek saya orang Lembata yang biasa tangkap ikan paus. Bapak saya, kakek saya dari Rote. Ibu saya dari Ambon. Orang Indonesia Timur kalau bicara ya begitu, blak-blakan.
Tolong di bagian Indonesia Barat juga harus mengerti. Jangan itu ditafsirkan sombong. Bukan itu. We just telling something true. Kalau bicara seperti itu tidak usah tersinggung. Ya berdebat saja..."
Demikian respon Richard Joost Lino, Dirut PT. Pelindo II menanggapi kesan arogan dan intervensi dirinya ketika ia menelpon Sofyan Djalil, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, sesaat setelah Bareskrim menggeledah kantornya.
Membereskan pelabuhan adalah pekerjaan besar dan berat, sehingga RJ. Lino merasa butuh dukungan dari banyak pihak. Bukan back up seperti yang diduga banyak orang. Lino juga mengkhawatirkan penggeledahan yang tiba-tiba akan membuat lingkungan kerja menjadi tidak sehat.
Kepada Aiman Witjaksono, Jurnalis Kompas TV, Lino juga menjelaskan bahwa waktu dwell time yang panjang bukan salah Pelindo. Apa alasannya? Lalu, apa rencana Lino dengan memperpanjang konsesi Jakarta International Container Terminal? Apa yang ia khawatirkan dengan pembentukan Panitia Kerja dan Panitia Khusus Pelindo di DPR?
Saksikan Aiman episode Pelindo dan Kepentingan Titipan (I), Senin (21/9/2015) pukul 22.00 WIB.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.