Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Harga BBM Seharusnya Turun dari Dulu"

Kompas.com - 04/10/2015, 12:44 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — PT Pertamina tengah melakukan penghitungan jumlah besaran penurunan harga premium sesuai dengan instruksi pemerintah.

Pengamat migas dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmi Radhi, menilai, turunnya harga premium bukanlah masalah utama Pertamina. Justru, yang jadi masalah utama adalah pengelolaan yang masih tidak efisien.

Fahmi meyakini, jika manajemen Pertamina bisa bertindak secara efisien, penurunan harga BBM seharusnya sudah berlangsung sejak PT Pertamina Energy Trading Limited (Petral) dibubarkan.

Pasalnya, setelah Petral bubar, Pertamina bisa membeli minyak dan BBM secara langsung di pasar dunia. Dengan demikian, rantai perdagangan menjadi lebih pendek. "Setelah Petral bubar, harga minyak seharusnya bisa turun," kata Fahmi, Jumat (2/10/2015).

Fahmi mengkritik dalih Pertamina yang enggan menurunkan harga BBM demi menutupi kerugian pada masa lalu.

"Ini tidak fair karena kesalahan manajemen pengelolaan Pertamina ditimpakan kepada rakyat selaku konsumen BBM," ujar Fahmi.

Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas ini menghitung, penurunan harga premium yang masuk akal saat ini ialah di kisaran Rp 500 sampai Rp 1.000 per liter dari harga saat ini, yakni Rp 7.400 per liter. (Adhitya Himawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com