Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Avtur Turun, Keuntungan Maskapai Bakal Meningkat

Kompas.com - 12/10/2015, 11:43 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Paket Kebijakan Ekonomi III yang dirilis pemerintah pekan lalu menjadi angin segar bagi pebisnis maskapai penerbangan di Tanah Air.

Pengelola maskapai optimistis kebijakan pemerintah memangkas harga avtur sebesar 1,5 persen untuk penerbangan domestik dan 5,33 persen untuk penerbangan internasional, bisa mengurangi beban mereka di tengah tekanan penguatan dollar Amerika Serikat terhadap mata uang garuda.

Achmad Luthfi, Presiden Direktur Batik Air, kepada Kontan (9/10/2015) menyebut penurunan harga avtur sebagai stimulus yang diberikan pemerintah terhadap industri ini. Maklum saja, industri penerbangan ikut merasakan dampak melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam setahun terakhir, yang menyebabkan daya beli masyarakat terperosok.

Namun Lufti tidak merinci seberapa besar efisiensi yang didapatkan dan seberapa besar dampaknya terhadap kinerja perusahaan. Yang jelas, anggaran pembelian avtur Batik Air mencapai 50 persen dari anggaran operasionalnya.

Sementara itu, bagi maskapai Air Asia Indonesia, pengurangan harga avtur ini akan berdampak pada sekitar 30 persen beban operasional perusahaan. "Ini berdampak positif, tapi kami belum bisa menghitung pengaruhnya ke kinerja," kata Audrey Prograstama Pentriny, Head of Corporate Secretary and Communcation Air Asia Indonesia.

I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, Direktur Keuangan PT Garuda Indonesia, mengatakan, pengaruh penurunan avtur ini akan cukup signifikan bagi Garuda Indonesia. Ia menyebut, kebutuhan avtur Garuda selama 1 tahun mencapai 1,8 miliar liter.

Garuda Indonesia menerapkan kebijakan lindung nilai atau hedging terhadap kebutuhan avtur sekitar 25 persen dari total kebutuhan setahun.

Nah kebetulan manajemen Garuda sudah menghentikan hedging ini. "Kami sudah menghentikan hedging karena sudah mencapai 25 persen dari total kebutuhan," ujarnya.

Meskipun secara umum penurunan harga avtur ini bisa menurunkan beban operasional maskapai, tapi tidak secara langsung bisa berdampak pada penurunan tarif penerbangan. Sebab, "Saat harga avtur naik, kami juga tidak bisa langsung menaikkan tarifnya," ujar Arif Wibowo, Presiden Direktur PT Garuda Indonesia Tbk kepada Kontan, Minggu (11/10/2015).

Garuda musti menghitung lebih dulu seluruh beban ini sebelum memutuskan untuk menurunkan harga. Apalagi rata-rata maskapai lebih banyak penghasilan rupiah, sementara belanja memakai mata uang dollar AS.

Berharap rupiah stabil

Dengan struktur penghasilan rupiah dan belanja lebih banyak dollar, Audrey berpendapat, menguatnya mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat lebih besar dampaknya bagi bisnis penerbangan ketimbang avtur. Ia menyebut, dari total anggaran belanja modal, porsi pembiayaan dalam dollar AS mencakup 70 persen.

Karena itu, maskapai lebih senang jika rupiah menguat terhadap dollar seperti sekarang. Menurut Bloomberg, dalam lima hari terakhir rupiah menguat 9,2 persen ke level Rp 13.412 per dollar AS.

Pengamat penerbangan Gerry Soejatman memperkirakan, dengan harga avtur yang turun dan rupiah menguat, maka biaya operasional maskapai makin berkurang.

Dengan kondisi ini, ia memprediksi saat peak season maskapai bisa mendapatkan margin keuntungan yang lebih baik. Ia hanya berharap angin segar tersebut bisa memperbaiki bisnis maskapai di Tanah Air yang sejak awal tahun kemarin cukup terpuruk.

Stimulus harga avtur dan penguatan rupiah bisa membuat maskapai mencatatkan keuntungan sepanjang 2015, tapi harus di dukung lonjakan jumlah penumpang hingga akhir tahun. (RR Putri Werdiningsih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com