Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pindad dari Masa ke Masa..

Kompas.com - 19/10/2015, 08:30 WIB
Estu Suryowati

Penulis

KOMPAS.com – Dulunya, pabrikan senapan dan alat tempur ini bernama Perindustrian Angkatan Darat, dengan akronim Pindad. Dari arsitektur bangunannya terlihat jelas gedung-gedung tua ini didirikan pada zaman kolonial Belanda.

Kompleks ini menjadi pabrik Pindad yang kedua dan bertahan sampai sekarang, setelah sebelumnya berlokasi di Surabaya. Pada Rabu jelang siang awal bulan ini, Kompas.com berkesempatan mengunjungi salah satu industri strategis yang ada di Indonesia, Pindad. Rombongan diterima langsung oleh Direktur Utama Pindad, Silmy Karim.

Silmy menceritakan sejarah perjalanan produsen senapan serbu itu. “Pindad itu banyak yang tidak tahu, berdiri tahun 1808 saat masih dalam kolonial Belanda. Itu awalnya ada di Surabaya. Kemudian, 1923 pindah ke Bandung, masih di bawah Belanda sampai perang kemerdekaan 1945,” ucap Silmy mengawali ceritanya.

Akan tetapi, meski sudah mencapai kemerdekaannya pada 1945, kemerdekaan Indonesia belum diakui oleh dunia internasional. Belanda sendiri belum mengakui kemerdekaan RI. Sehingga barulah pada 1950, Pindad efektif diambil-alih oleh Angkatan Darat. Pada periode ini Angkatan Darat memegang penuh pengelolaan Pindad sampai tahun 1983.

KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO Direktur Utama PT Pindad, Silmy Karim saat wawancara di PT Pindad, Bandung, Jawa Barat, Rabu (30/9/2015).
Tahun 1983, Menteri Riset dan Teknologi Bacharudin Jusuf Habibie mengambil alih pengelolaan Pindad dari TNI/AD.  Bersama sembilan perusahaan lain, Habibie menaunginya di bawah BPIS. Habibie pun menjadi Direktur Utama Pindad sampai 1997.

“Kalau ditanya perjalanannya tentu ada empat masa, kolonial Belanda, TNI/AD, BPIS di bawah Pak Habibie, dan sekarang,” imbuh Silmy.

Didirikan sejak zaman kolonial Belanda, lanjut Silmy, tak heran jika masih ada mesin-mesin tua yang dioperasikan sejak tahun 1930-an. Yang menarik pula, di bawah pengelolaan TNI/AD banyak pahlawan revolusi yang membeli senjata dari Pindad.

“Pak Ahmad Yani itu belanja senjata, dan beberapa mesinnya masih di sini. Juga Pak DI Panjaitan,” kata Silmy.

Selanjutnya, pada periode di bawah Habibie, banyak perkembangan signifikan yang dialami Pindad. Pindad tidak hanya melayani alat utama sistem senjata atau alutsista, tetapi juga produk lain.

Pindad mulai melebarkan sayap kerjasama dengan MAN, sebuah pabrikan diesel ternama. Masih di zaman Habibie, Pindad juga menjalin kerjasama dengan Siemens, Vanoux, serta Goodrich untuk memproduksi bagian-bagian pesawat. Sayang, kerjasama yang berhasil dibangun pada masa Habibie, tiba-tiba ‘dikolapskan’ oleh Dana Moneter Internasional (IMF).

“Fase krisis ekonomi, IMF melarang industri strategis untuk diberi perhatian lebih. Nah ini masa declining,” terang Silmy.

Saham-saham yang ada di Vanoux dan Goodrich, dijual. Begitu pula dengan yang ada di MAN yang makin mengalami delusi. Kondisi ini sangat disayangkan harus terjadi. Sebabnya, MAN merupakan saah satu produsen mesin terbaik di dunia, tidak hanya untuk truck, dan marine use, tetapi juga untuk pembangkit listrik.

Periode itu, diakui Silmy merupakan masa-masa terberat Pindad. Pada masa-masa terberat ini, Pindad bahkan sampai menggarap order yang bukan ‘tupoksinya’ hanya untuk sekadar menyambung hidup. Pindad, terpaksa merumahkan hingga lebih dari 5000 karyawan. Tak sedikit pula, SDM mumpuni yang ikut tersingkir.

Saat kondisi perekonomian pulih, Pindad mulai bangkit. Pendorongnya, tak lain adalah Kementerian Pertahanan yang pada 2010 membuat organisasi Komite Kebijakan Industri Nasional. Kebijakan positif ini lantas diikuti dengan terbitnya Undang-undang Industri Pertahanan pada 2012. “Nah di sinilah mulai bangki, diberi perhatian, diberi order,” ucap Silmy.

Lantas, seiring dengan perkembangan zaman, anggaran pertahanan pun meningkat. Sehingga order ke Pindad pun juga lebih besar. Pindad di era baru ini mulai membangun kembali SDM-nya, serta mengadakan kerjasama dengan luar negeri. Pindad mulai menjajaki kerjasama dengan Rheinmettal serta BAE System, sebuah industri pertahanan terkemuka asal Inggris.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com