Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Emiten Sawit Terimbas Kabut Asap

Kompas.com - 23/10/2015, 11:52 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Asap tebal menaungi emiten perkebunan. Kebakaran lahan di Sumatra dan Kalimantan meniupkan kepulan asap pada kinerja emiten perkebunan pelaku dan korban pembakaran.

PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), merupakan salah satu emiten yang terkena kebakaran lahan. Lahan konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) yang terbakar merupakan milik anak usaha yang bergerak di bisnis sagu, PT National Sago Prima (NSP).

SGRO mendapatkan gugatan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Perseroan ini harus membayar sekitar Rp 1,07 triliun.

Rinciannya, Rp 319,16 untuk membayar ganti rugi lingkungan hidup dan Rp 753,74 untuk pemulihan lingkungan. NSP juga tak boleh melangsungkan kegiatan usaha.

"Ganti rugi ini dikabulkan oleh pengadilan dan putusan telah berkekuatan hukum tetap. Ini berdampak negatif secara material dan signifikan terhadap kondisi keuangan dan proyeksi keuangan perseroan," kata Eris Ariaman, Sekretaris Perusahaan SGRO, dalam keterbukaan informasi, Kamis, (22/10/2015).

Padahal, kondisi keuangan SGRO kembang kempis. Pada semester satu, kas cuma Rp 192,99 miliar. Laba merosot 48,06 persen menjadi Rp 98,48 miliar. Lalu pendapatan mengering 9,65 persen menjadi Rp 1,31 triliun.

PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) melalui anak usahanya, PT Kayung Agro Lestari (KAL) mengalami kebakaran di 11 area atau setara 356 hektare di Ketapang, Kalimantan Barat. Kepolisian menetapkan KAL sebagai tersangka.

Adapun, Suwito Anggoro mengundurkan diri dari posisi direktur utama dan digantikan oleh wakilnya, Istini. Kebakaran terjadi di salah satu entitas anak PT Provident Agro Tbk (PALM), yakni PT Langgam Inti Hibrindo (LIH). Lahannya bertempat di Kabupaten Pelalawan, Riau.

Devin Ridwan, Sekretaris Perusahaan PALM mengaku, kebakaran terjadi dari luar lahan perkebunan. Kencangnya angin dan menyebabkan api menjalar ke lahan perseroan. Kebakaran ini membakar sekitar 201 hektar lahan tanaman LIH yang belum menghasilkan.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mengeluarkan surat keputusan tentang pembekuan izin LIH. LIH wajib mengembalikan lahan bekas kebakaran kepada negara. Seluas 239 hektare lahan tertanam PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) di Jambi dan Kalimantan Tengah terbakar.

Direktur Utama SMAR Jo Daud Dharsono mengklaim, kebakaran berhasil dipadamkan. Perseroan tidak mendapatkan tuntutan hukum. Analis MNC Securities Yosua Zisokhi menilai, emiten yang tersandung kebakaran lahan cenderung berbahaya, apalagi jika kas tak terlalu besar.

"Dampaknya pasti kas mereka akan habis. Lalu ekspansi juga akan tertahan," ucapnya, kepada Kontan.

Anak usaha para emiten itu bisa saja dipailitkan. Tapi jika ingin menjaga nama baik, mereka harus membayar ganti rugi.

Terlepas dari kebakaran lahan, Yosua melihat, El Nino masih menjadi sentimen besar bagi emiten penghasil crude palm oil (CPO). Ia optimistis harga CPO membaik di kuartal IV.

Tapi hingga akhir tahun ia memperkirakan, emiten perkebunan masih merugi. Yosua merekomendasikan beli saham PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) dengan target Rp 1.650. Lalu ia menyarankan hold PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) dengan target Rp 1.935. (Annisa Aninditya Wibawa)

baca juga: Produk Indonesia Diboikot Singapura, Pemerintah Janji Tidak Tinggal Diam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com