Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oktober Deflasi, BI Prediksi Inflasi 2015 di Titik Tengah 4 Persen

Kompas.com - 02/11/2015, 20:36 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Oktober 2015 mengalami deflasi 0,08 persen month to month (mtm), berbeda dari historisnya yang dilaporkan terjadi inflasi.

Bank Indonesia (BI) menilai realisasi IHK Oktober 2015 tersebut tidak jauh berbeda dari perkiraan bank sentral.

"Berdasarkan perkembangan inflasi hingga Oktober 2015, Bank Indonesia meyakini bahwa inflasi untuk keseluruhan tahun 2015 akan berada di bawah titik tengah sasaran 4 persen," kata Deputi Direktur Departemen Komunikasi BI Andiwiana dalam keterangan resmi yang dipublikasikan hari ini, Senin (2/11/2015).

Andiwiana menyatakan, keyakinan bank sentral tersebut didasarkan dengan dukungan penguatan koordinasi kebijakan pengendalian inflasi di tingkat pusat dan daerah. Perkembangan inflasi hingga Oktober 2015 tersebut, kata dia, menunjukkan bahwa stabilitas harga terkendali.

BI mencatat, deflasi Oktober 2015 bersumber dari deflasi pada kelompok bahan makanan bergejolak (volatile food), yang dipengaruhi koreksi harga aneka daging dan aneka cabai yang masih berlanjut pada bulan Oktober 2015. Dengan demikian, inflasi IHK sejak Oktober 2014 sampai Oktober 2015 (year on year) mencapai 6,25 persen (yoy), sementara inflasi Januari sampai Oktober 2015 (year to date) tercatat sebesar 2,16 persen (yoy).

Deflasi pada kelompok volatile food mencapai 1,22 persen (mtm) yang merupakan deflasi terbesar pada bulan Oktober selama lima tahun terakhir. Sementara itu, secara tahunan inflasi volatile food tercatat sebesar 6,95 persen (yoy).

Deflasi bulan Oktober terutama bersumber dari masih berlangsungnya deflasi daging ayam, daging sapi, serta aneka cabai. Di samping itu, inflasi inti dan inflasi administered prices bulan ini juga tergolong rendah dibandingkan historisnya.

Inflasi inti mencapai 0,23 persen (mtm) atau 5,02 persen (yoy) seiring dengan menguatnya rupiah, melambatnya pertumbuhan ekonomi dan terkendalinya ekspektasi inflasi. Inflasi administered prices mencapai 0,03 persen (mtm) atau 9,83 persen (yoy), didorong oleh penurunan harga solar dan masih berlangsungnya dampak penurunan harga LPG 12 kg pada September lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Itu Reksadana Pendapatan Tetap? Ini Arti, Keuntungan, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Pendapatan Tetap? Ini Arti, Keuntungan, dan Risikonya

Work Smart
BI Kerek Suku Bunga Acuan ke 6,25 Persen, Menko Airlangga: Sudah Pas..

BI Kerek Suku Bunga Acuan ke 6,25 Persen, Menko Airlangga: Sudah Pas..

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Rupiah Masih Melemah

Suku Bunga Acuan BI Naik, Rupiah Masih Melemah

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 25 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 25 April 2024

Spend Smart
SMGR Gunakan 559.000 Ton Bahan Bakar Alternatif untuk Operasional, Apa Manfaatnya?

SMGR Gunakan 559.000 Ton Bahan Bakar Alternatif untuk Operasional, Apa Manfaatnya?

Whats New
Harga Emas Terbaru 25 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 25 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Kamis 25 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Kamis 25 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Harga Emas Dunia Melemah Seiring Meredanya Konflik Timur Tengah

Harga Emas Dunia Melemah Seiring Meredanya Konflik Timur Tengah

Whats New
IHSG dan Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG dan Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Whats New
Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Whats New
Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Whats New
Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Whats New
Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com