Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuota Pengiriman Sapi dari NTT Diminta Naik

Kompas.com - 05/01/2016, 20:08 WIB
Ramanda Jahansyahtono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pedagang sapi Nusa Tenggara Timur atau NTT meminta pemerintah menambah kuota pengiriman sapi di daerahnya.

Kuota pengiriman sapi dari NTT yang berjumlah 50.000 ekor per tahun ini dinilai terlalu sedikit.

"Banyak rakyat yang jadinya tidak bisa mengirim sapi. Idealnya, kuotanya 75.000 sampai 85.000 ekor," ujar salah seorang pedagang sapi, Hendrik Hartono, Selasa (5/1/2016).

Kuota yang rendah ini, kata Hendrik, kerap jadi persoalan. Dari bulan ke Juli hingga Agustus, banyak sapi yang tidak bisa dikirim karena sudah melebihi kuota.

"Sapi yang cukup umur tidak bisa terkirim. Buat apa? Malah menambah biaya perawatan dan mengakibatkan uang tidak berputar," ujar dia.

Selain itu, para pedagang sapi di NTT hanya bekerja 6 bulan dalam setahun lantaran kuota pengiriman sapi yang sudah habis sebelum akhir tahun.

"Kami cuma kerja 6 bulan. Contohnya 2015, bulan Maret baru keluar izin, sedangkan kuita sudah habis di September. Satu tahun hanya kerja 6 bulan," ujar dia.

Kata dia, pemerintah tak perlu takut NTT akan kehabisan sapi. Pasalnya, pasokan sapi di NTT tidak akan habis walau dengan kuota 80.000 ekor per tahun.

Selama ini, pemerintah merasa takut kekurangan pasokan sapi dari NTT karena melihat hasil sensus. Padahal, dia mengklaim, angka sensus tidak tepat.

"Sensus tidak tepat. Di NTT banyak yang takut saat disensus. Jadi, mengaku hanya punya 10 ekor, padahal punya 100 ekor," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com