Wiratmaja menjelaskan, keputusan PHK oleh perusahaan minyak asal Amerika Serikat itu bukan lantaran ketiadaan proyek. Chevron kini tengah melakukan perampingan karyawan, buntut penggabungan organisasi yang ada di Kalimantan dan Sumatera.
"Sebetulnya, kalau Chevron itu mem-PHK bukan karena tidak ada proyek. Namun, mereka menggabungkan organisasi yang di Kalimantan dan Sumatera," ucap dia.
Selain Chevron, Wiratmaja menambahkan, belum ada kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) lain yang mengusulkan pemangkasan karyawan.
Lebih lanjut, dia mengatakan, dengan kondisi harga minyak mentah yang rendah dan bergerak di kisaran 30 dollar AS per barrel ini, pihak Chevron juga akan mengurangi penerimaan pegawai baru. Wiratmaja menuturkan, pihaknya bisa memaklumi pilihan Chevron itu.
"Mereka belum ada rencana membuka penerimaan pegawai baru tahun ini. Kalau tahun depan harga minyak lebih bagus, tentu mereka akan menerima," lanjut Wiratmaja.
Mengenai pengurangan rekrutmen ini, Star Energy sebelumnya juga menunda hal yang sama untuk sementara waktu.
Direktur Utama Star Energy Rudy Suparman menuturkan, pihaknya melakukan efisiensi hampir di semua lini, tak terkecuali sumber daya manusia. Meski hingga kini Rudy mengatakan belum ada PHK, perusahaan tersebut juga tidak melakukan penambahan karyawan.
"Terkait sumber daya manusia, sampai sekarang ini masih belum melakukan tindakan apa pun yang signifikan. Namun, kami lebih ke arah negative growth saja. Kalau ada orang keluar atau pensiun, tidak kami gantikan. Namun, kami belum melakukan pemutusan hubungan kerja," kata Rudy dihubungi Kompas.com, Kamis (28/1/2016). (Baca: Lowongan Kerja di Industri Migas Makin Sempit)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.